[LENGKAP] Sejarah Desa Paseh, Banjarmangu, Banjarnegara

dahulu pada masa penyebaran agama islam di Banjarnegara datanglah dua orang ulama besar (syeh) yang berasal dari Gresik Jawa Timur singgah di wilayah

Desa Paseh termasuk dalam wilayah Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara, Keberadaanya terletak di 5 km kota Kecamatan dan 12 km barat laut Ibukota Kabupaten Banjarnegara dg luas wilayah 314 Hektar yang meliputi 4 dusun (kebaon).

Desa Paseh berasal dari penyingkatan bahasa jawa yaitu Patilasaan Syeh (Tanda /rute perjalanan syeh) yang kemudian orang menyebutnya sebagai PASEH.

Menurut cerita, dahulu pada masa penyebaran agama islam di Banjarnegara datanglah dua orang ulama besar (syeh) yang berasal dari Gresik Jawa Timur singgah di wilayah Kecamatan Banjarmangu.

Dalam rangka dakwahnya, dua orang ulama itu perjalanannya mengarah ke barat dan salah satunya mengadakan survey di suatu kampung di sebelah barat Banjarmangu untuk didirikan pondok pesantren. di kampung itulah tempat dimana ulama itu berdiri di beri batu sebagai patilasasn Syeh dan seiring berjalannya waktu oleh warga setempat kampung itu diberi nama Paseh yang sampai sekarang di gunakan sebagai nama Desa Paseh.

Setelah mengadakan survey kedua syeh tersebut masing-masing menuju ke arah barat dan utara. menurut cerita warga syaeh yang melanjutkan perjalanan ke arah utara adalah syeh Giri Pitoyo yang sering disebut sebagai Giripit sementara syeh yang melanjutkan perjalanan ke arah barat adalah syeh Giri Wasiat atau orang menyebutnya Sunan Giri Wasiat.

Desa Paseh pada awal mulanya adalah gabungan dari 2 desa yaitu Desa Paseh dan Desa Karangasem yang di batasi oleh jalan yang membentang diantara keduanya, adapun sebelah timur jalan adalah Desa Paseh dan sebelah barat Desa Karangasem.

Adapun Nama Kepala Desa Sebelum bergabungnya Desa Karangasem dan Desa Paseh adalah sebagai berikut :

Desa Karangasem:

  • Limun
  • Patradiwirja
Desa Paseh :
  • Rinten
  • Sahid Sopardji

Pada tanggal 23 Agustus 1923 oleh kanjeng Bupati Banjarnegara pada waktu itu R. Adipati Ario Djojonagoro II (1886-1927 M) kedua desa itu di di satukan (disepok) menjadi satu desa dan mengambil nama dari salah satu desa dan sepakat memberi nama PASEH yang sudah dikenal masyarakat luas dan dinilai memiliki nilai historis tinggi dengan cerita Syeh Kanjeng Sunan Giripit.

Penyatuan desa pada waktu itu melalui musyawarah dimana dimufakati oleh warga dua desa tersebut yang menjadi kepala desa diambil dari carik (sekretaris Desa) yang pada waktu itu menjabat sebagai carik (sekdes) pada dua desa tersebut. Nama-nama Kepala Desa Paseh setelah penyatuan :
1. Sardan Setradiwirja : 1923 dilanjutkan oleh,
2. Suhadi Hadisuwirja : 1942,
3. Sarida Wirjosumarno : 1975,
4. Gatot : 1989,
5. Zaeni Akhsanudin : 1998,
6. Gatot : 2007,
7. Waris: 2013
8. Waris : 2019
Sebagai pengingat tahun berdirinya Desa Paseh sekaligus merupakan semboyan Warga Desa Paseh tersurat dan tersirat pada candra sengkala sebagai berikut :

"SUNARING PANEMBAH SEKARING JAGAD"
Sengkalan yang menandai peringatan tahun 1923. kata Sunaring (sinar) melambangkan angka tiga, Panembah (penyembah) melambangkan angka dua, Sekaring (bunga) melambangkan angka sembilan, dan Jagad (dunia) melambangkan angka satu. 

Jadi sengkalan ini melambangkan tahun 1923 dan mempunyai arti "sinar penyembah bunga dunia" makna konotatif sengkalan ini adalah "perbuatan manusia pada jalan tuhan dapat membahagiakan kehidupan di dunia".

Kata sunaring panembah (sinar penyembah) menunjukan pancaran perbuatan seseorang yang berbakti kepada tuhan. sedangkan kata sekaring jagad (bunga dunia) menunjukan hasil perbuatan yang baik di dunia.

Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment