[ LENGKAP ] Sejarah Kota Bangil dan Mbah Lowo Ijo

Terdapat beberapa pemahaman yang berbeda di tengah-tengah masyarakat tentang istilah nama kota Bangil. Menurut pendapat dari kalangan umum santri, nama Bangil berasal dari istilah "mbah ngelmu" (Mbah Ilmu), sedangkan menurut pendapat masyarakat secara umum mengatakan bahwa bangil diistilahkan sebagai mbah mbahe angel artinya watak dan karakteristik masyarakat bangil sangat sulit untuk dirubah.

Hal itu berdasar kepada ideology yang berseberangan dengan ajaran agama Islam karena sudah menjadi keyakinan kuat dari nenek moyang mereka yaitu mbah Bangil.

Mbah Bangil adalah sosok yang berani berhadapan dengan siapapun yang sengaja merusak ajaran agama Islam. beliau mempertahankan keyakinan atas kebenaran.

Siapakah Mbah Bangil sebenarnya? Menurut pendapat dari warga asli kota Bangil, Mbah Bangil adalah seorang leluhur para ulama yang membangun kehidupan di kota Bangil.

Berkat pejuangan mbah Bangil, banyak kaum muslimin dari berbagai suku berdatangan ke kota Bangil untuk mendekatkan diri kepada ulama dan mengaji ilmu agama islam.

Adalah Mbah Lowo Ijo (Bahasa Jawa=Kelelawar Hijau) yang merupakan cucu menantu Sunan Ampel. Beliau menikah dg salah satu cucu Sunan Ampel, Sa'diyyah yang dulu dikenal dengan sebutan Kiai Abdul Qodir atau Kiai Sayyidin atau Mbah Jalaludin. 

Sebelumnya, Mbah Lowo Ijo pernah belajar selama bertahun2 ke Sunan Bonang, Tuban. Sekitar thn 1.700 (abad ke 17). Menurut cerita, setelah menggali ilmu dari Sunan Bonang, Mbah Lowo Ijo kemudian menyebarkan ilmu ke daerah Bangil bersama adiknya, Sayyidono kemudian tirakat naik pada kayu jati besar dari Tuban.

Mereka menyusuri lautan hingga sampai ke sungai Kedung Larangan Bangil. Kayu jati besar itu kemudian digunakan sebagai penyangga berdirinya pondok Cangaan. Oleh Sunan Bonang, 2 saudara ini dibekali keilmuan berbeda. 

Mbah Lowo Ijo yg hanya mengaji dibekali keilmuan batin, Sementara Sayyidono, adiknya, dibekali ilmu lahir atau kanuragan. Mbah Sayidono biasa dipanggil Mbah Daru yang kini disemayamkan di pemakaman Islam Beujeng, Beji. Beliaulah yang merintis berdirinya Ponpes Cangaan, Bangil.

Syech Jalaludin atau yang biasa di sebut dengan Mbah Lowo Ijo wali allah yang pertama kali mengajarkan agama islam di Bangil, khususnya di kota Pasuruan. Mbah Lowo Ijo mempunyai istri yang bernama khalimatus sa’diyah.

Peninggalan Syech Jalaludin itu masih ada pondok pesantren Canga’an. Mbah Lowo Ijo lahir pada abad ke-16 dan wafatnya sekitar umur 110 tahun. Nama dari ayah Mbah Lowo Ijo adalah Syahid Abdullah dan beliau berasal dari kota Tuban.

Mbah Lowo Ijo itu sendiri mendapat julukan tersebut karena pada zaman dahulu ketika beliau oleh penjajah beliau selalu bersembunyi di dedaunan atau bergelantungan seperti lowo dan beliau pun sholat di atas daun pisang. Dimakam Mbah Lowo Ijo terdapat 3 makam yaitu makam Mbah Lowo Ijo itu sendiri, makam istrinya dan juga makam kudanya.

Mbah Lowoijo yang di dimakamkan di desa Diwet Kelurahan Pogar Kecamatan Bangil adalah seorang ulama salaf kota bangil yang bayak menurunkan nasab para kyai warga asli kota bangil.

Salah satu nasab ilmu mbah Jalaludin sampai ke Pondok Pesantren Pecangaan, yakni pondok pesantren salaf ahlussunah wal jama’ah yang pertama kali ada di kota bangil bahkan di Indonesia sehingah para kiyai alumni kedua pondok pesantren salaf tersebut menyebut leluhur pendiri pondok pesantren dengan sebutan mbah ngelmu yang kemudian istilah menjadi BANGIL.