[LENGKAP] Peradaban Perkembangan Awal di Afrika

Afrika merupakan benua terbesar kedua di dunia dan juga menjadi benua dengan penduduk terbanyak dengan sepertujuh populasi dunia setelah Asia.

Peradaban Perkembangan Awal di Afrika

Afrika merupakan benua terbesar kedua di dunia dan juga menjadi benua dengan penduduk terbanyak dengan sepertujuh populasi dunia setelah Asia. Afrika juga sering dikenal sebagai benua hitam karena mayoritas penduduknya memanglah dari ras negroid yang berkulit hitam akan tetapi bukan berarti kata Afrika tersebut bermakna hitam.

Kata Afrika diketahui berasal dari bahasa latin yaitu Africa terra yang berarti tanah afri (bentuk jamak dari “Afer”). Sementara kata Afer ini berasal dari bahasa Fenisia yaitu Afar yang berarti debu, atau juga dari suku Afridi yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago, atau juga dari bahasa Yunani yaitu Aphrike yang berarti tanpa dingin.

Dari semua asal kata tersebut Afrika secara sejarahnya diketahui bahwa merupakan tempat tinggal manusia yang paling awal dan dari benua ini manusia kemudian menyebar ke benua-benua lainnya. Dari hal itu, maka Afrika merupakan tempat yang dimana terjadinya garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman pada tujuh juta tahun yang lalu.

Sehingga Afrika merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo Erectus berkembang keluar Afrika menuju Eropa dan Asia yang kemudian dari benua-benua tersebut mereka mengalami evolusi yang berlainan dan menjadi spesies yang berbeda dan berakhir menjadi Homo Sapiens.

Dengan adanya hal tersebut tentunya Afrika mempunyai jejak sejarah yang cukup panjang dengan mulai munculnya beberapa peradaban-peradaban kuno yang mengawali dari kehidupan manusia yang bahkan juga merupakan salah satu dari peradaban kuno tertua di dunia.

Peradaban-peradaban tersebut yaitu peradaban Kartago yang sekarang menjadi Tunisia yang terletak di Afrika Utara, Aksum yang sekarang menjadi Ethiopia, Khus yang sekarang menjadi Sudan, Peradaban kerajaan-kerajaan dagang di Afrika Barat (Ghana, Mali, Sohai), dan juga Benin yang berada di Afrika Tengah.

1. SISTEM KEPERCAYAAN

Kepercayaan bangsa Mesir bersifat politeisme. Dewa-dewa yang disembah bangsa Mesir, antara lain, Dewa Amon-Ra (Dewa Bulan Matahari), Dewa Osiris (Dewa Pengadilan di Akhirat), dan Dewa Isis (Dewa Sungai). Mereka juga percaya bahwa jiwa seseorang yang mati akan tetap hidup selama jasadnya masih tetap- utuh. Untuk itu, mayat dibalsem atau diawetkan yang disebut mummi.

2. SISTEM PEMERINTAHAN

Sebagai kawasan yang berbasis pertanian besar, Mesir Kuno dipimpin oleh seorang Firaun. Di daerah-daerah terdapat 20 provinsi yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur.
Firaun Mesir Kuno berperan sebagai Raja Dewa (God Kings). Baru pada tahun 2133 SM, Firaun hanya diakui sebagai "keturunan dewa" saja.

Pada mulanya, Mesir terbagi menjadi dua, yaitu Mesir Bawah (Hilir/Utara) dengan ibu kota di Memphis dan Mesir Atas (Hulu/Selatan) dengan ibu kota di Thebe. Sejak Firaun Menes dari Wangsa I (3100-2890 SM) berkuasa, kedua Mesir dapat disatukan.

Penyatuan ini ditandai dengan mahkota yang dikenakan Menes berupa mahkota bersusun dua. Pehyatuan Menes ini oleh penerusnya dikembangkan dengan ekspansi ke Sudan, Nubia dan Libya.

Pada masa kekuasaan Wangsa lll (2686-2613 SM), pemerintahan dipegang oleh Firaun Joser. Saat itu, Mesir berhasil menguasai daerah Nubia Hilir.

Pada masa pemerintahan Wangsa IV (2613-2494 SM), ada beberapa Firaun yang menonjol di antaranya Khufu, Khafre, dan Menkaure. Pada waktu itu, Mesir berperang dengan Nubia dan Libya. Pada tahun 1674-1567 SM, Mesir diserang dan dikuasai oleh bangsa Hyksos.

Selanjutnya Ahmosis I dari Wangsa XVIII (1567-1320 SM) berhasil mengusir bangsa Hyksos dan mengembalikan kemerdekaan dan kejayaan Mesir. Firaun Thutmosis lll memperluas kekuasaan Mesir sampai dengan tepi Sungai Eufrat.

Pada masa pemerintahan Wangsa XX (1200 SM), kejayaan Mesir perlahan-lahan mulai pudar. Beberapa jajahan Asia melepaskan diri, bahkan tahun 524~04 SM, Mesir dikuasai oleh Persia. Pada masa pemerintahan Wangsa XXVII (404-398 SM) bangsa Persia dapat diusir dari Mesir dengan bantuan Yunani.

Pada tahun 332 SM, Alexander Macedonia menyerbu ke Asia dan Mesir. Sejak itu Mesir dikuasai Yunani sampai dengan pemerintahan Wangsa Ptolomaeus (dengan rajanya yang terkenal, Cleopatra). Mesir jatuh ke tangan Romawi pada tahun 30 SM.

3. STRATIFIKASI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT MESIR

1. Administrasi dan perdagangan

Firaun adalah raja yang berkuasa penuh atas negara dan, setidaknya dalam teori, memiliki kontrol atas semua tanah dan sumber dayanya. Firaun juga merupakan komandan militer tertinggi dan kepala pemerintahan, yang bergantung pada birokrasi pejabat untuk mengurusi masalah-masalahnya.

Yang bertanggung jawab terhadap masalah administrasi adalah orang kedua di kerjaan, sang wazir, yang juga berperan sebagai perwakilan raja yang mengkordinir survey tanah, kas negara, proyek pembangunan, sistem hukum, dan arsip-arsip kerajaan. Di level regional, kerajaan dibagi menjadi 42 wilayah administratif yang disebut nome, yang masing-masing dipimpin oleh seorang nomarch, yang bertanggung jawab kepada wazir.

2. Status social

Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status sosial yang dimiliki seseorang ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani, namun demikian hasil pertanian dimiliki dan dikelolah oleh negara, kuil, atau keluarga ningrat yang memiliki tanah.

Petani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja membuat irigasi atau proyek konstruksi menggunakan sistem corvée. Seniman dan pengrajin memiliki status yang lebih tinggi dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja di toko-toko yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara.

Juru tulis dan pejabat menempati strata tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut "kelas kilt putih" karena menggunakan linen berwarna putih yang menandai status mereka. Perbudakan telah dikenal, namun bagaimana bentuknya belum jelas diketahui. Mesir

3. Sistem hukum

Sistem hukum di Mesir Kuno secara resmi dikepalai oleh firaun yang bertanggung jawab membuat peraturan, menciptakan keadilan, serta menjaga hukum dan ketentraman, sebuah konsep yang disebut masyarakat Mesir Kuno sebagai Ma'at. Meskipun belum ada aturan hukum yang ditemukan, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa hukum di Mesir Kuno dibuat berdasarkan pandangan umum (common-sense) tentang apa yang benar dan apa yang salah, serta menekankan cara untuk membuat kesepakatan dan menyelesaikan konflik. 

Dewan sesepuh lokal, yang dikenal dengan nama Kenbet di Kerajaan Baru, bertanggung jawab mengurus persidangan yang hanya berkaitan dengan permasalahan-permasalahan kecil. Kasus yang lebih besar termasuk di antaranya pembunuhan, transaksi tanah dalam jumlah besar, dan pencurian makam diserahkan kepada Kenbet Besar yang dipimpin oleh wazir atau firaun.

Penggugat dan tergugat diharapkan mewakili diri mereka sendiri dan diminta untuk bersumpah bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya. Dalam beberapa kasus, negara berperan baik sebagai jaksa dan hakim, serta berhak menyiksa terdakwa dengan pemukulan untuk mendapatkan pengakuan dan nama-nama lain yang bersalah.

4. Pertanian

Kondisi geografi yang mendukung dan tanah di tepi sungai Nil yang subur membuat bangsa Mesir mampu memproduksi banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya dalam pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah sangat penting di Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang dimiliki seseorang.

Pertanian di Mesir sangat bergantung kepada siklus sungai Nil. Bangsa Mesir mengenal tiga musim: Akhet (banjir), Peret (tanam), dan Shemu (panen). Musim banjir berlangsung dari Juni hingga September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk pertanian di tepi sungai.

Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober hingga Februari. Petani membajak dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat dengan parit dan kanal. Mesir hanya mendapat sedikit hujan, sehingga petani sangat bergantung dengan sungai Nil dalam pengairan tanaman. Dari Maret hingga Mei, petani menggunakan sabit untuk memanen. Selanjutnya, hasil panen diirik untuk memisahkan jerami dari gandum.

5. Hewan

Bangsa Mesir percaya bahwa hubungan yang seimbang antara manusia dengan hewan merupakan elemen yang penting dalam susunan kosmos; maka manusia, hewan, dan tumbuhan diyakini sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Hewan, baik yang didomestikasi maupun liar, merupakan sumber spiritualitas, persahabatan, dan rezeki bagi bangsa Mesir Kuno.

Sapi adalah hewan ternak yang paling penting; pemerintah mengumpulkan pajak terhadap hewan ternak dalam sensus-sensus reguler, dan ukuran ternak melambangkan martabat dan kepentingan pemiliknya. Selain sapi, bangsa Mesir Kuno menyimpan domba, kambing, dan babi.

6. Sumber daya alam

Mesir kaya akan batu bangunan dan dekoratif, bijih tembaga dan timah, emas, dan batu-batu semimulia. Kekayaan itu memungkinkan orang Mesir Kuno untuk membangun monumen, memahat patung, membuat alat-alat, dan perhiasan. Pembalsem menggunakan garam dari Wadi Natrun untuk mumifikasi, yang juga menjadi sumber gypsum yang diperlukan untuk membuat plester.

Batuan yang mengandung bijih besi dapat ditemukan di wadi-wadi gurun timur dan Sinai yang kondisi alam yang tidak ramah. Membutuhkan ekspedisi besar (biasanya dikontrol negara) untuk mendapatkan sumber daya alam di sana. Terdapat sebuah tambang emas luas di Nubia, dan salah satu peta pertama yang ditemukan adalah peta sebuah tambang emas di wilayah ini.

4. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

a. Arsitektur

Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur. Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah Imhotep.

Peradaban Perkembangan Awal di Afrika

Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah. Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja.

Di depan piramida terdapat spinx yaitu patung singa berkepala manusia. Fungsi spinx adalah penjaga piramida. Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter di Gheza. Selain Cheops, di Gheza juga terdapat piramida Chefren dan Menkaure.

b. Tulisan dan Aksara

Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda.Setiap lambang memiliki makna.

Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis.Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli. Huruf-huruf Mesir itu semula menimbulkan teka-teki karena tidak diketahui maknanya.

Secara kebetulan pada waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799 salah satu anggota pasukannya menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah Rosetta. Batu itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta memuat inskripsi dalam tiga bahasa. Pada tahun 1822 J.F. Champollion telah menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta dengan membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph, Demotik dan Yunani.

c. Astronomi

Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus (peredaran) bulan selama 291/2 hari.Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. 

Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar). Penghitungan kalender Mesir dengan sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik Hijriah.

d. Pengobatan

Praktek penguburan Mesir kuno yang melibatkan pembalseman, memang tidak melibatkan pengetahuan rinci tentang anatomi manusia. Namun demikian, obat-obat orang Mesir telah memperoleh reputasi yang sangat baik di Dunia Kuno.

Dokter Mesir kuno bisa menjahit luka, memperbaiki tulang yang patah dan mengamputasi anggota badan yang terinfeksi. Pemotongan yang dibalut oleh daging mentah, linen, dan penyeka direndam dengan madu. Opium juga digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit. Bawang dan bawang putih digunakan sebagai makanan kesehatan dalam diet mereka.

Dekat dengan sungai Nil berarti bahwa akan banyak penyakit yang terbawa air, seperti malaria misalnya. Penyakit umum lainnya termasuk tekanan fisik yang disebabkan dari beban kehidupan kerja. Naas-nya, harapan hidup mereka hanya dikisaran antara 30 (wanita) dan 35 (pria). bahkan sekitar sepertiga dari bayi yang lahir di Mesir tidak pernah mencapai usia dewasa.

Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment