[LENGKAP] Pengertian, Sejarah dan Makna Qurban pada Hari Idul Adha

Kurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran ini merupakan ibadah yang pernah dijalankan Nabi Ibrahim AS saat akan menyembeli

Di bulan Dzul Hijjah umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di kota Mekah untuk melaksanakan ibadah Haji. Firman Allah dalam surat Al-Hajj : 27 : "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai onta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh".

Kurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Ajaran ini merupakan ibadah yang pernah dijalankan Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya, Ismail, sebelum diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT.

Ibadah kurban sesungguhnya merupakan bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kata kurban berasal dari bahasa Arab, yakni Qaraba dengan bentuk isim mashdar ‘qurbanan’, yang berarti dekat. Karena itu, tujuan berkurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah).

Kurban artinya dekat. Dalam istilah syarak artinya : mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan menyembelih binatang dengan niat yang tertentu, dan dalam waktu yang tertentu.

Pada bulan ini pula umat Islam melaksanakan ibadah Qurban. Ibadah Haji dan Ibadah Qurban memiliki keterkaitan yang sangat erat. Apakah yang dimaksud dengan Qurban ? Bagaimanakah Sejarah Qurban ?
Allah berfirman dalam surat Al-Haj ayat 34 :


surat Al-Haj ayat 34

Orang-orang yang sanggup untuk berkurban, tetapi ia tidak mau berkurban, maka Nabi sangat marah kepada orang itu hingga ia pernah berkata : “Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tapi ia tidak mau berqurban, maka jangan lah ia akan dekat-dekat di tempat shalatku”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Sejarah disyariatkannya Kurban :

Awalnya Nabi Ibrahim menurut riwayat melakukan qurban dengan menyembelih anak sapi, kambing dan biri-biri. Pada suatu ketika. Allah menguji Iman Nabi Ibrahim dengan memerintahkan kepadanya agar menyembelih anaknya Ismail untuk Qurban. Dalam Al-Qur’an Allah menerangkan kisah tersebut dalam surat Ash Shaffat:

surat Ash Shaffat
Artinya : "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu(1284) Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar(1285).

(1284) Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.

(1285) Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.

Pada suatu malam, yaitu malam kedelapan dari bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim Bermimpi, bahwa ia diperintahkan agar menyembelih anaknya Ismail. Maka pada pagi hari itu Nabi Ibrahim berfikir, apakah mimpinya itu dari Allah atau dari syaitan.

Karena ragu tentang kebenaran mimpinya, Ibrahim tidak melaksanakan perintah itu di siang harinya. Dan malam kedelapan ini dinamai malam tarwijah (malam memikir) siangnya dinamai hari tarwijah.

Pada malam yang kesembilan Nabi Ibrahim bermimpi lagi. Dengan demikian mengertilah Nabi Ibrahim, bahwa mimpinya itu dari Allah. Maka sebabnya di hari kesembilan dinamai hari Arafah dan azam lah Nabi Ibrahim.

Pada malam yang kesepuluh nabi Ibrahim bermimpi lagi. Maka pada waktu dhuha hari yang kesepuluh itu, Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah. Oleh karenanya hari yang kesepuluh itu dinamai hari Nahar.

Kemudian setiap tahun, pada tiap-tiap hari yang kesepuluh dari Dzulhijjah. Nabi Ibrahim menyembelih Qurban. Allah mengganti nabi Ismail dengan seekor kibasy. Kibasy itu, menurut kata Al Baidlawy, didatangkan dari surga oleh Jibril.

Penyembelihan qurban itu dilakukan setelah shalat Idul Adha pada tanggal 10 Zulhijjah, sebisanya yang menyembeli hewan qurban itu adalah orang yang berkorban itu sendiri.

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Muslim dari Aisyah ra : "Beliau memerintahkan mengambil seekor kambing yang bertanduk, hitam kakinya, hitam perutnya dan hitam sekeliling matanya; lalu kambing itu dihadapkan kepada beliau untuk disembelih, dan beliau bersabda kepada Aisyah : “Hai Aisyah ambillah pisau”, dan beliau bersabda lagi : “Asalah (tajamkanlah) ia dengan batu”. Lalu Aisyah mengerjakannya, lalu beliau mengambil pisau itu dan mengambil kambing itu pula, lalu dibaringkan, kemudian beliau menyembelihnya, kemudian membaca: “Artinya : Dengan nama Allah, ya Allah terimalah kurban dari Muhammad, dan keluarga Muhammad, dan kurban dari umat Muhammad”, kemudian beliau menyembelihnya”.

Seseorang yang menyembelih sebelum selesai shalat hari raya Aidul Adha, maka penyembelihannya itu hanya untuk dirinya sendiri, artinya jatuh kepada penyembelihan biasa bukan kurban.

Tentang Kurban bagi binatang dan manusia :

1. Umur binatang ternak yang akan dijadikan kurban.

Sekurang-kurangnya binatang yang akan dikorbankan itu telah berumur dua tahun dan masuk yang ketiga.
Rasulullah SAW bersabda : “janganlah kalian menyembelih kurban kecuali yang sudah sampai umur, melainkan apabila sukar bagi kalian, bolehlah kalian menyembelih kambing yang masih muda”. (HR. Muslim).

2. Tidak sah berkorban dengan binatang yang cacat

Oleh karena pekerjaan berkorban itu adalah pekerjaan suci, yang berarti untuk menghampirkan diri itu kepada yang maha suci pula, maka bersih dan maha sempurna, maka tidaklah boleh binatang ternak yang akan dikorbankan itu cacat dan becela.

Rasulullah SAW bersabda : Dari Barra bin Azib ra ia berkata : Rasulullah SAW berdiri diantara kami dan bersabda : “empat macam yang tidak boleh dipakai untuk hewan kurban : yang matanya buta sebelah, yang sakit nyata sakitnya, yang pincang nyata pincangnya, yang sudah tua yang tidak bersumsum”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

3. Seekor sapi atau unta boleh untuk tujuh orang berkorban

Adapun seekor unta atau kerbau boleh dijadikan korban untuk tujuh. Rasulullah SAW bersabda : Dari Jabir Abdullah ra ia berkata : “Pada tahun Hudaibiyah kami berkurban bersama Rasulullah SAW seekor unta untuk tujuh orang, dan seekor sapi untuk tujuh orang”. (HR. Muslim)

4. Menyimpan daging kurban

Daging kurban itu boleh disimpan sampai sepertiganya, akan tetapi yang lebih afdhal ialah disedekahkan semuanya.

Rasulullah SAW bersabda : Dari Aisyah ra berkata ia : Pernah penduduk desa datang berduyun-duyun untuk menghadiri kurban di masa Rasulullah SAW maka berkata Rasulullah SAW : “Simpanlah sepertiga daging itu, dan sedekakanlah yang tinggal" (HR. Abu Daud)

Dan wajib disedekahkan semua danging itu, kalau kurban itu kurban yang dinazarkan.

5. Tukang sembelih kurban tidak boleh mengambil upah dari binatang kurban.

Barang siapa yang disuruh mengurus / menyembelih hewan kurban, dia tidak boleh mengambil upah dari anggota kurban itu, walapun dengan kulitnya sekalipun.

Rasulullah SAW bersabda : Dari Ali bin Abu Thalib ra ia berkata : “Rasulullah SAW memerintahkan kepada saya supaya saya mengurus unta kurban beliau, dan supaya membagikan dagingnya, kulitnya dan barang-barang yang merupakan pakaian unta itu kepada orang-orang miskin, dan saya tidak memberikan upah sembelihan dari padanya”. (HR. Muttafaq’alaih).

Kurban zaman Nabi Adam AS

Dalam sejarahnya, ibadah kurban telah dipraktikkan sejak zaman Nabi Adam AS. Dalam berbagai buku sejarah, termasuk karya KHE Abdurrahman, “Hukum Kurban, Akikah dan Sembelihan”, disebutkan bahwa kurban pertama kali di dunia dilakukan oleh dua anak Adam, yakni Habil dan Qabil.

Sebagaimana dikisahkan dalam berbagai buku sejarah Islam, kedua anak Adam ini diperintahkan oleh Allah untuk berkurban sebagai syarat utama untuk menikahi saudara kembar Qabil yang bernama Iklima. Adapun saudara Habil bernama Labuda. Adam memerintahkan kepada anak-anaknya untuk menikah secara bersilang.

Misalnya, Habil menikah dengan Iklima dan Qabil menikahi Labuda. Perintah Adam ini ditolak oleh Qabil dengan alasan ia lebih mencintai Iklima, yang lebih cantik dibandingkan saudara Habil, Labuda. Untuk itulah, Allah memerintahkan Nabi Adam AS untuk menguji kedua anaknya itu dalam memberikan persembahan terbaik dari hasil usaha mereka kepada Allah, Tuhan Mahapencipta. 

Qabil memberikan persembahan berupa hasil perkebunannya, sedangkan Habil mempersembahkan hewan ternak. Qabil memberikan hasil kebun yang kurang baik, sedangkan Habil memberikan hewan ternak yang gemuk. Qabil mewakili kelompok petani, dan Habil mewakili peternak.

Dalam beberapa riwayat disebutkan, pada zaman Nabi Adam sudah diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki untuk dikurbankan. Sebagai petani, Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya, yakni berupa sayur-mayur dan buah-buahan. 

Sebagai peternak, Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaannya untuk kurban. Karena ketulusan dan keikhlasan yang diberikan Habil, persembahannya diterima oleh Allah, sedangkan persembahan Qabil ditolak.

Harta yang dikurbankan itu disimpan di suatu tempat di Padang Arafah, yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jamaah haji. Sebagai tanda diterimanya kurban itu ialah dengan datangnya api dari langit lalu membakarnya. Dan ternyata api menyambar hewan kurbannya Habil. 

Melihat hal demikian, Qabil menaruh dendam kepada Habil. Ia pun marah dan membunuh saudaranya itu. Peristiwa kurban yang dilakukan oleh kedua anak Nabi Adam ini telah dijelaskan Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Maidah [5] ayat 27, “Ceritakanlah kepada mereka kisah tentang dua anak Adam (Habil dan Qabil) dengan benar tatkala mereka (masing-masing) berkurban satu kurban, lalu diterima dari seorang di antara mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lainnya (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

Kurban zaman Nabi Ibrahim AS

Dikisahkan, di usianya yang sudah menginjak 100 tahun, Nabi Ibrahim belum dikaruniai seorang anak pun. Karenanya, ia ingin sekali mendapat karunia seorang anak, dan beliau selalu berdoa, Rabbii hablii minash-shaalihiin!” Wahai Rabbku, karuniakanlah kepadaku sebagian dari keturunanku dari orang-orang yang saleh!”

Doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Allah SWT. Dia diberi kabar akan mendapat anak yang saleh. Anak yang sangat didambakan Nabi Ibrahim telah lahir dari rahim istrinya yang kedua, bernama Siti Hajar. 

Dia amat mencintai dan menyayangi anaknya. Untuk menguji kecintaannya itu, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya tersayang. Namun, kecintaan Ibrahim kepada Allah jauh melebihi cintanya kepada sang anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan Ibrahim mendapat gelar Al-Khalil (Sang kekasih).

Dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika Allah memberi julukan kepada Ibrahim sebagai kekasih-Nya, para Malaikat melakukan protes. Sebab, julukan itu dianggap berlebihan. 

Namun, Allah menerangkan bahwa julukan itu diberikan karena Ibrahim sangat tulus memberikan cinta dan pengabdiannya kepada Allah.

Jibril bertanya pada Allah, “Ya Allah, mengapa Engkau memberi gelar Khalilullah (kekasih Allah) kepada Ibrahim, padahal ia sibuk dengan kekayaan dan keluarganya? Dengan demikian, bagaimana mungkin ia pantas menjadi Khalilullah?” Allah menjawab, “Jangan kalian menilai secara lahiriah, tapi lihatlah hati dan amal baktinya. Karena tiada di hatinya rasa cinta selain kepada-Ku. Bila kalian ingin menguji, ujilah dia.”

Lalu, malaikat Jibril mengujinya dan terbukti bahwa kekayaan dan keluarganya tak sedikit pun membuat Ibrahim lalai dalam mengabdi kepada Allah. Bahkan, Allah pun mengujinya dengan perintah agar Ibrahim menyembelih putranya tersayang (Ismail). 

Walaupun perintah tersebut disampaikan melalui mimpi (ru’yah shadiqah), dengan ketabahan, ketulusan, dan tawakalnya kepada Allah, ia melaksanakan perintah tersebut dengan penuh keyakinan dan kepasrahan. Lihat Surah Ash-Shaffat [37] ayat 102-105.

Ketulusannya tampak dari keberaniaan untuk tetap melaksanakan kurban. Walaupun iblis selalu berusaha menggodanya, Ibrahim tetap kukuh melaksanakan mimpi yang diyakini sebagai perintah dari Allah. Karena itulah, di saat setan menggodanya, Ibrahim melempari setan dengan batu. 

Begitu pula ketika setan menggoda Ismail, ia pun melempar baru. Setan kemudian menggoda Siti Hajar, ia juga dilempari batu. Ketiganya (Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar) secara bersama-sama melempari mereka dengan batu.

Prosesi pelemparan batu kepada setan ini kemudian menjadi syariat perintah melempar jumrah bagi jamaah haji. Menyaksikan peristiwa yang mengharukan itu malaikat Jibril kagum seraya mengucapkan takbir sehingga sekarang takbiran itu menjadi tradisi. 

Kurban zaman Rasulullah SAW Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina. Kala itu Rasul SAW menyembelih 100 ekor unta, 63 ekor di sembelih dengan tangannya sendiri dan sisanya disembelih oleh Ali bin Abu Thalib. Keseluruhan hewan kurban tersebut disembelih setelah shalat Idul Adha dilaksanakan. (QS. Al-Hajj [22]: 36).

Dalam surah Al-Hajj [22] ayat 36 tersebut dijelaskan tentang jenis hewan yang dijadikan kurban, tujuan dari berkurban, cara menyembelih hewan kurban, waktu memakan daging kurban, dan orang-orang yang dapat memakan daging kurban.
Berdasarkan contoh Rasulullah SAW inilah umat Islam melaksanakan ibadah kurban. 

Di zaman pra-Islam, praktik kurban juga pernah dilakukan Abdul Muthalib (kakek Rasul SAW) ketika harus untuk mengurbankan Abdullah (ayah Rasul SAW) saat menggali sumur zamzam untuk kebutuhan penduduk Makkah. 

Ketika itu, Abdul Muthalib bernazar, bila anaknya sebanyak 10 orang, salah satu di antaranya akan dijadikan kurban atau persembahan. Namun, karena sayangnya kepada Abdullah, Abdul Muthalib melakukan pengundian hingga 10 kali, dan akhirnya tertulis nama Abdullah.

HIKMAH BERKURBAN

1. Bagi orang, keluarga, kelompok yang melakukan kurban :

  • Akan menambah cintanya kepada Allah SWT, karena kurban adalah salah satu amal yang paling dicintai oleh Allah SWT. Pada hari raya kurban
  • Akan menambah keimanannya kepada Allah SWT. Karena seluruh tubuh binatang kurban itu kelak dihari kiamat akan menjadi saksi dan menambah berat amalan orang yang melakukan kurban.
  • Dengan berkurban, berarti seseorang telah bersyukur pada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan padanya.
  • Dengan berkurban berarti seseorang telah berbakti pada orang lain, dimana tolong menolong, kasih mengasihi dan rasa solidaritas dan toleransi memang diajarkan oleh agama Islam.

2. Bagi orang yang menerima daging kurban

  • Akan bertambah keimanannya, karena sebagai orang mukmin yang kurang mampu dia merasa diperhatikan oleh saudara mukmin lainnya, sehingga motivasi keimanan dan keislaman akan bertambah.
  • Akan bertambah semangat sidupnya, karena mereka melihat suatu kenyataan bahwa yang bahagia antara lain jika pemberian atau bantuan orang lain adalah kurang menyenangkan.

3. Bagi kepentingan umum

  • Akan menambah persatuan dan kesatuan karena ibadah kurban melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
  • Akan menumbuhkan kesadaran beragama baik kepada orang mampu ataupun kepada orang yang kurang mampu.
  • Akan menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara karena dengan ibadah kurban secara tidak langsung kita telah melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila, karena telah menyantuni anak yatim dan fakir miskin dan orang-orang yang terlantar dimana mereka semua adalah menjadi tanggung jawab negara (UUD 1945 pasal 34).

Demikianlah Pengertian Kurban sejarah dan hikmanya, semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih sudah mampir, jika ingin bertanya silahkan komentar dibawah ya..

Wassalamu'alaikum Wr Wb
Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment