Sejarah dan Asal Usul Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah

Berdirinya Wilayah Sukoharjo pada masa Kerajaan Mataram Kartasura. Sejarah Kabupaten Sukoharjo berhubungan dengan pembukaan wilayah Kartasura pada tah
Sejarah dan Asal Usul Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah

Berdirinya Wilayah Sukoharjo pada masa Kerajaan Mataram Kartasura. 
Sejarah Kabupaten Sukoharjo berhubungan dengan pembukaan wilayah Kartasura pada tahun 1677. 

Pelopornya adalah Gusti Raden Mas Rahmat. Beliau adalah cucu Pangeran Pekik, Bupati Surabaya. Gusti Raden Mas Rahmat merupakan putra Sinuwun Amangkurat Tegal Arum yang menikah dengan Kanjeng Ratu Kulon.

Kelak Gusti Raden Mas Rahmat menjadi raja Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Amangkurat Amral. Pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat II atau Amangkurat Amral ini, kraton Mataram beribukota di Kartasura. Kartasura dipilih sebagai ibukota Mataram oleh Sri Susuhunan Amangkurat II tahun 1677.

Letak Kartasura amat strategis. Terhubung langsung dengan jalur penting kota di pesisir dan pedalaman. Umbul Cakra dan Pengging mengalir ke Kartasura dan bertemu di Kali Larangan. Wilayah Sukoharjo ini punya sistem pengairan maju yang dipimpin oleh KRT Tirtonegoro.

Wilayah Sukoharjo sungguh menawan hati. Tanah subur di bawah kaki Gunung Merapi Merbabu. Mata air Bengawan Solo dari Gunung Sewu Wonogiri mengalir sampai selat Madura. 

Pada masa kejayaan Kraton Mataram Kartasura, berkembang pesat kesusasteraan, kesenian dan kerajinan. Daerah Bekonang Sukoharjo menjadi sentra industri gamelan.

Kitab kitab Jawa klasik diolah menjadi sastra dengan metrum macapat. Babad Tanah Jawi, Serat Menak, Serat Kandha dan Serat Panji diproduksi besar besaran. Kurun waktu antara tahun 1677- 1745 Kartasura menjadi pusat pembelajaran seni kerawitan, tari dan pedalangan. 

Kerajinan gamelan dan wayang diekspor sampai ke Asia Timur, Selatan, Barat, dan Tengah. Sebagian dipasarkan di negeri Eropa. Puncak puncak kebudayaan gagrag Kartasura berkontribusi besar terhadap peradaban global. Busana wayang wong yang amat indah banyak dibuat di Sukoharjo.

Dunia berhutang budi pada produktivitas, kreativitas dan aktivitas kebudayaan Kartasura. Warisan luhur yang mendapat apresiasi. Ibukota Mataram Kartasura dibangun oleh Sri Amangkurat II pada tahun 1677. Kartasura dipilih sebagai ibukota Mataram karena letaknya sangat strategis. 

Jalur utama yang menghubungkan kawasan penting di Pulau Jawa. Arah utara menuju kota Semarang. Arah barat menuju ke daerah Yogyakarta. Arah timur menuju kota Surabaya. Ahli bangunan dari Surabaya dan Makasar itu dulu yang mengembangkan Sukoharjo menjadi kota modern.

Loh subur kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku.

Itulah alasan Sinuwun Amangkurat II atau Sri Susuhunan Amangkurat Amral menjadikan Kartasura sebagai pusat pemerintahan Mataram. Studi kelayakan melibatkan pakar tata kota dari negeri Tamasek Singapura. Diundang pula arsitektur India yang pernah membangun Taj Mahal. Jadilah struktur perkotaan yang amat indah.

Sukoharjo diganjar alam yang menawan. Bila mata memandang ke arah barat, tampak megah gunung Merapi dan gunung Merbabu. Dua gunung kembar ini berdiri kokoh seolah olah gapura jagad. 

Waktu orang bangun tidur pada pagi hari gunung Merapi dan gunung Merbabu begitu indahnya. Ganjaran Tuhan yang besar dan mengagumkan. Seolah olah gunung Merapi dan Gunung Merbabu adalah gapura, pintu gerbang wilayah barat.

Sukoharjo dataran yang dikelilingi gunung dan bukit.

Dari Sukoharjo bila memandang jagad wetan. Tatapan mata ke arah timur kelihatan begitu agung anggunnya gunung Lawu. Berbeda dengan gunung Merapi dan gunung Merbabu, suasana gunung Lawu tampak lebih angker, magis, mistis. Di sinilah Raden Gugur putra Prabu Brawijaya bertapa dan muksa. 

Maka orang banyak menjalankan tapa brata, semedi dan meditasi di Gunung Lawu. Sri Susuhunan Amangkurat Amral tiap bulan Sura memimpin upacara ritual di Gunung Lawu. Beliau bermeditasi beserta para pengawal kerajaan. Sukoharjo dataran yang dikelilingi gunung dan bukit. 

Daerah perbukitan Selatan Barat, terdapat industri jamu di Tawangsari dan Nguter. Mereka menjadi apoteker tradisional yang handal. Terkenal dari Sabang sampai Merauke.

Gunung Sewu sebagai mata air Bengawan Solo tampak dari arah selatan. Sri Susuhunan Amangkurat II berkunjung ke Kahyangan Dlepih Tirtomoyo Wonogiri. Beliau lelaku tapa brata untuk meneruskan tradisi yang dijalankan Panembahan Senapati. Orang Sukoharjo kerap menjalankan laku spiritual, cegah dhahar lawan guling.

Masyarakat Sukoharjo terbiasa dengan ngelmu ghaib. Penghayat kebatinan tumbuh semarak. Semua makhluk halus yang ada di sepanjang gunung Sewu tunduk para raja Mataram. Bahkan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa pantai selatan pun dan bala tentaranya berserah diri pada raja Mataram beserta keturunannya. 

Bagi Penghayat Kejawen amat percaya dengan sepenuh hati. Termasuk kepercayaan kepada Ki Ageng Balakan, putra raja Majapahit yang dimakamkan di Sukoharjo. Beliau tokoh yang sangat dihormati.

Mata memandang dari Sukoharjo. Saat menghadap ke utara terlihat pegunungan Kendheng. Di sini tokoh Mataram banyak dijumpai. Misalnya Ki Ageng Tarub, Ki Ageng Sela, Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Penjawi. Makam tokoh mulia ini sangat dihormati oleh keluarga Mataram. 

Betapa kayanya gunung Kendheng. Ada kayu jati, batu kapur, minyak tanah, gas bumi, pari gaga dan burung perkutut. Semua berkualitas ekspor. Dunia berebut untuk menguasai gunung Kendheng. Kekayaan dunia yang berlimpah ruah. 

Kerajaan Kartasura turut membangun Gunung Kendheng. Masyarakat Sukoharjo percaya bahwa gunung Kendheng menjadi piranti tolak balak. Berikut kutipan perjuangan Sunan Amangkurat Amral dalam Babad Tanah Jawi.


Sumber : https://arbaswedan.id/sejarah-kabupaten-sukoharjo/
Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment