[LENGKAP] Sejarah Wali Songo dan Lokasi Penyebarannya

Menurut keterangan Kanzul Ulum pada waktu Sultan Muhammad I memerintah Kerajaan Turki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang
K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) berkata, bahwa wali Allah ialah orang yang dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa kecil, dijaga dari melepaskan hawa nafsunya sekalipun sekejap. Kalaupun ia berbuat dosa, segera ia bertaubat kepada Allah, juga orang yang pengabdiannya terus menerus tanpa disela sesuatu (istiqamah).

Definisi ini menandakan wali adalah seorang yang soleh, selalu berbuat kebaikan dan menghindari maksiat. Di Indonesia, populer di kalangan masyarakat tentang Walisongo. Siapakah mereka?

Walisongo adalah istilah yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan. Dalam bahasa Jawa, songo berarti sembilan. Bilangan sembilan dalam pandangan orang Jawa, baik sebelum atau sesudah Islam datang, sering dikaitkan dengan nilai mistik dan dianggap sebagai simbol keberuntungan.

Sejarah Wali Songo dan Lokasi Penyebarannya

ISLAM MASUK KE JAWA DARI PARA WALI

Menurut keterangan Kanzul Ulum pada waktu Sultan Muhammad I memerintah Kerajaan Turki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat India. 

Dari mereka, Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa terdapat 2 (dua) kerajaan Hindu, yaitu Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang menikah dengan penduduk pribumi yaitu kota-kota pelabuhan.

Keterangan tersebut sejalan dengan informasi Raffles, bahwa kebanyakan orang Arab yang ada adalah kaum pedagang, tetapi sebagian besar terdiri dari pemuka agama dan ulama. 

Pelabuhan utama mereka adalah Gresik, tempat ajaran Islam pertama kali masuk ke Jawa. Mereka jarang yang masih berdarah murni Arab, karena kebanyakan di antara mereka sudah bercampur dengan penduduk asli.

Sang Sultan kemudian mengirim surat kepada para pembesar Islam di Afrika utara dan timur tengah yang berisi permintaan agar para ulama yang mempunyai karamah (kemuliaan berupa sesuatu di luar logika manusia yang Allah berikan kepada para wali Allah) untuk dikirim ke pulau Jawa. Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu tinggi serta mempunyai karamah.

LOKASI PENYEBARAN WALISONGO

Jika ditelusuri, saat ini kita dapat melihat jejak dakwah mereka di destinasi berikut:

1. SUNAN GRESIK

Berbagai sumber menyatakan bahwa kedatangan Sunan Gresik atau Syekh Maulana Ibrahim disertai beberapa orang. Daerah yang dituju pertama kali adalah Desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 km ke arah utara Kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur dengan mendirikan Masjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

2. SUNAN AMPEL

Berbagai sumber tradisi seperti Carita Purwaka Caruban Nagari, Babad Tanah Jawi Olthof, dan Babad Cirebon, dan sejarah Banten menyatakan bahwa Ali Rahmatullah alias Sunan Ampel alias Raden Rahmat berasal dari Champa (terletak di Vietnam sekarang, dekat dengan Khmer atau Kamboja).

Setelah tiba di Gresik, Raden Rahmat meneruskan perjalanan ke Majapahit, di mana dia diterima dengan baik oleh Raja dan para saudara Raja serta Putri Campa. 

Meskipun Raja sendiri menolak masuk Islam, namun dia menaruh perhatian dan rasa hormat terhadap karakter yang dimiliki Raden Rahmat. Hal ini dibuktikan dengan memberikan Raden Rahmat 300 keluarga dan membuatkan sebuah pemukiman untuknya di Ampel, yang terletak di daerah pinggiran Surabaya, dan di sana dia diperbolehkan untuk melakukan kegiatan agamanya secara bebas dan juga diizinkan untuk berdakwah kepada mereka yang bersedia menerimanya.

3. SUNAN GIRI

Sunan Giri yang nama kecilnya Raden Paku, setelah wafatnya Sunan Ampel diketahui merupakan murid sekaligus menantu Sunan Ampel, dan pendiri kerajaan Giri Kedaton. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa, yang pengaruhnya bahkan sampai ke Madura, Lombok Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

4. SUNAN GUNUNG JATI

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dianggap sebagai tokoh penyebar agama Islam di Jawa Barat dan penegak kekuasaan pertama di Cirebon.

5. SUNAN BONANG

Nama lain Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim. Menurut Serat Catur Kandha, Sunan Bonang adalah Putra Sunan Ampel dari Nyai Ageng Manila, putri dari Ki Arya Tuban.

6. SUNAN DRAJAT

Sunan Drajat adalah putra bungsu Sunan Ampel dari hasil pernikahan dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila. Dia menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Ampeldenta, Surabaya. Setelah dewasa ia diperintahkan ayahnya, Sunan Ampel untuk berdakwah di pesisir barat Gresik, tepatnya di daerah Sidayu, Lamongan.

7. SUNAN KUDUS

Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq merupakan putra dari Sunan Ngudung, hasil pernikahannya dengan Syarifah, cucu Sunan Ampel. Menurut beberapa sumber, Ja’far shadiq bukan asli Kudus melainkan anak Sunan Ngudung dari Demak.

8. SUNAN KALIJOGO

Nama kecil Sunan Kalijogo adalah Raden Seco, Putra Adipati Tuban, Tumenggung Wilotikto yang mempunyai nama lengkap, Raden Sahur Tumenggung Wilotikto, yang menikah dengan Dewi Retno Dumila. 

Setelah dewasa, Raden Seco melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren yang dikelola Sunan Ampel kemudian mendapatkan gelar Raden Mas Sahid.

9. SUNAN MURIA

Nama aslinya adalah Raden Umar Said putra Sunan Kalijogo. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan metode kompromistis, budaya, pendekatan kultur, dan pewayangan.

Berkat dakwah para wali di atas, agama Islam tersebar merata di tanah Jawa. Hasilnya dapat kita lihat sekarang ini di mana mayoritas Suku Jawa bahkan Indonesia beragama Islam.

Dengan berkembangnya perkotaan dan urbanisasi, banyak masyarakat Jawa pada akhirnya pindah ke kota-kota besar seperti Jakarta. Sehingga ketika Ramadan khususnya Lebaran tiba, menjadi momen yang selalu ditunggu-tunggu untuk kembali pulang ke kampung halaman.
Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment