[LENGKAP] Organisasi Wanita Pada Masa Pergerakan Nasional

Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah
Organisasi Wanita Pada Masa Pergerakan Nasional

Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran.

Untuk merealisasikan tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak lewat surat dengan wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh Mr. Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Kemudian muncul berbagai organisasi pergerakan wanita
  • Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, dan R.R. Rukmini.
  • Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan tujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
  • Keutamaan Istri berdiri berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang
  • Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
  • Kerajinan Amal Setia berdiri di Gadang Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914 dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan tangan, dan cara pemasarannya.
  • Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
  • Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
  • Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan
Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia (1927. Penyebarluasan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting Melajoe” di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetomo di Semarang, Soewara Perempuan di Padang, dan Perempuan Bergerak di Medan.

Denganulai banyaknya kaum wanita yang bekerja di lapangan, maka dirasakan perlunya membentuk sebuah organisasi. Oleh karena itu, pada tahun 1940 di Jakarta dibentuk perkumpulan Pekerja Perempuan Indonesia yang terdiri dari mereka yang bekerja di kantor-kantor, pemerintah atau swasta, guru perawat, dan buruh.

Mereka menyatukan diri meskpun bekerja di bidang yang berbeda-beda karena mereka merasa senasib. Dalam masyarakat jajahan, kaum wanita mengalami diskriminasi di lapangan pekerjaan. Diskriminasi ini terlihat jelas dalam kesempatan untuk memperoleh pekerjaann, gaji, dan kesempatan untuk maju. 

Kendati demikian, perkumpulan itu tidak melakukan kegiatan sebagai serikat pekerja, melainkan menekankan pada pendidikan ketrampilan untuk mata pencarian dan pemupukan kesadaran nasional.

Satu hal yang juga mencerminkan kemajuan wanita adalah terbentuknya perkumpulan dalam kalangan mahasiswi dengan nama Indonesische Vrouwelijke Studentedvereniging (perkumpulan mahasiswi Indonesia) di Jakarta pada thaun 1940.

Kegiatan organisasi-organisasi wanita dalam tahun sebelum pecah perang Pasifik yang pantas dicatat dalah rapat protes yang diselenggarakan atas prakarsa 8 perkumpulan. Protes ini muncul karena tidak adanya anggota wanita dalam Volksraad.

Rapat ini diadakan di Gedung Permufakatan Indonesia, Gang Kenari Jakarta,yang dihadiri 500 dari 45 perkumpulan. Organisasi-organisasi itu juga mendukung aksi Gabungan Politik Indonesia (GAPI), agar Indonesia mempunyai parlemen yanag benar-benar dengan wakil-wakil rakyat.

Dapat dikatakan bahwa dalam periode ini kaum wanita telah menaruh perhatian pada perjuangan politik, baik dengan sikap koperasi atau non-koperasi dengan pemerintah kolonial.
Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment