Pada zaman dahulu kala di Negara Aljazair, ada seorang anak perempuan pemberani yang ber nama Aicha. Suatu hari, ayahnya pergi ke kota untuk membeli bibit gandum.
Ayah memang biasa pergi ke kota satu bulan sekali. Kali ini, sang ayah akan pergi selama tiga hari.
Aicha disuruh berhati-hati menjaga kedua adiknya yang masih kecil-kecil. Sejak ibunya meninggal, Aicha sebagai anak tertualah yang bertugas mengasuh kedua adiknya.
Setelah sang ayah pergi, Aicha mulai menata dan merapikan rumah. Ketika ia ke dapur, ia kaget karena makanan telah habis dimakan kucing tetangga yang nakal.
“Aduh bagaimana ini? Sebentar lagi waktunya adik-adikku makan. Tapi, makanannya sudah habis. Aku harus cepat memasak lagi,” pikir Aicha.
Saat Aicha hendak memasak, ia baru sadar kalau batubara telah habis. Ia tidak bisa memasak tanpa batubara. Ia mencari cara untuk mendapatkan batubara.
“Aku akan meminjam batubara kepada tetanggaku. Nanti, setelah ayah pulang akan aku ganti,” pikir Aicha dalam hati.
Aicha menemui tetangganya. Ia sudah mendangi tiga rumah, tapi tidak ada satu pun yang punya batubara.
Kini, tinggal rumah keempat yang menyeramkan. Aicha tahu, dalam rumah itu tinggal laki-laki misterius yang ditakuti masyarakat disekitar itu.
Kata orang, laki-laki di rumah itu adalah seorang penyihir. Awalnya, Aicha ragu mendatangi rumah itu. Tapi, karena kasihan pada adik-adiknya, ia pun memberanikan diri memasuki rumah itu.
Aicha mengetuk pintu. Tidak lama, terdengar suara berat dari dalam rumah yang menyuruh Aicha masuk. Aicha pun masuk pelan-pelan.
Setelah di dalam, ia melihat benda-benda yang biasa digunakan penyihir. Ia semakin yakin kalau laki-laki di rumah itu adalah penyihir jahat.
“Ada apa kau kemari?” tanya seorang laki-laki bertampang seram. Ternyata, dia adalah penyihir yang suka memakan daging anak manusia.
“Aku hendak meminjam batubara. Kalau ayahku pulang, nanti aku ganti,” kata Aicha sambil memerhatikan lelaki penyihir penuh kewaspadaan.
“Oh, ambil saja sana,” jawab penyihir dengan mata menatap Aicha terus.
Ia mendapat ide untuk mengikuti Aicha sampai ke rumahnya. Lalu, ia bisa memakan Aicha dan adik-adiknya.
Saat Aicha pulang, ia tahu bahwa si penyihir pasti akan mengikutinya. Aicha pun mencari akal untuk membunuh si penyihir jahat.
Ia pun berlari cepat agar tidak diikuti oleh penyihir. Lalu, cepat-cepat menggali sebuah lubang yang dalam dan menutupnya dengan dedaunan dan ranting-ranting.
Saat penyihir melewati jalan yang dilalui oleh Aicha, tanpa disadari, ia terjatuh ke dalam lubang yang digali Aicha. Kemudian, Aicha segera membakar dedaunan dan ranting penutupnya saat ia tahu si penyihir telah masuk dalam lubang jebakannya. Penyihir tidak bisa menyelamatkan diri dan mati terbakar.
Akhirnya, Aicha bisa pulang dan memasak dengan batubara sehingga adik-adiknya bisa makan.
Desa pun menjadi aman karena si penyihir yang jahat itu telah mati berkat keberanian dan kepintaran Aicha.
Pesan Moral : Jadilah anak yang pemberani. Pergunakan akal dan kepintaranmu saat kamu menghadapi masalah. Anak yang pintar akan menyelesaikan masalah dengan baik. Untuk menjadi anak yang pintar kita harus sering membaca dan banyak belajar.