Sejarah berdirinya Nusantara tentu tidak lepas dari perjuangan para pahlawan. Selain perjuangan para pahlawan, tentunya kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia juga memiliki pengaruh besar terhadap sejarah Indonesia. Salah satu kerajaan besar yang ada di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Melayu yang berada di pulau Sumatera serta memiliki pengaruh besar terhadap Nusantara. Nama kerajaan ini berasal dari Bahasa Sansekerta, sri artinya bercahaya dan wijaya yang memiliki arti kemenangan. Sehingga arti nama kerajaan ini berarti kemenangan yang bercahaya.
Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, bahkan hingga Pulau Jawa ini membuat nama Kerajaan Sriwijaya dikenal di seluruh Nusantara. Tidak hanya dari Nusantara saja, akan tetapi juga kerajaan ini dikenal hingga ke mancanegara.
Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menyebutkan adanya kerajaan di Sumatera ini. Ada kabar yang mengatakan bahwa para pedagang dari Arab dan Cina pernah berdagang di Sriwijaya. Sedangkan menurut berita dari India, kerajaan di India pernah bekerja sama dengan kerajaan Sriwijaya.
Letak Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan observasi sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin menyimpulkan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.
Raja Kerajaan Sriwijaya
Raja Kerajaan Sriwijaya yang berhasil menaklukkan Jawa dan Melayu adalah Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa dan memimpin pada tahun 671. Lalu pada tahun 728 hingga 742, Sriwijaya dipimpin oleh Rudra Wikrama yang melakukan utusan ke Tiongkok pada masa kepemimpinannya.
Pada tahun 702, Sriwijaya dipimpin oleh Sri Indrawarman dan dilanjutkan oleh Sri Maharaja pada tahun 775. Berkat kepemimpinannya, Kamboja dan Thailand berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya. Tahun 851, Sriwijaya dipimpin oleh Maharaja yang dilanjutkan oleh Balaputra Dewa di tahun 860 Masehi.
Raja Kerajaan Sriwijaya yang selanjutnya adalah Sri Udayadityawarman yang memimpin kerajaan pada tahun 960 Masehi dan dilanjutkan oleh Sri Udayaditya pada tahun 962 Masehi. Kepemimpinan Sriwijaya dilanjutkan oleh Sri Sudamaniwarmadewa dan Marawijayatunggawarman pada tahun 1044 masehi.
Kepemimpinan Raja Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggaramawijayatunggawarman pada tahun 1044 Masehi. Berkat kepemimpinannya, Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh India.
Berikut ini terdapat beberapa raja-raja yang memerintah kerajaan sriwijaya, antara lain :
- Srijayanasa (Dapunta Hyang), berkuasa pada tahun 671
- Rudra Vikraman (Lieou Teng Wei Kong), tahun 728
- Sri lndrawarman (Shih Li T'o Pa Mo), Tahun 708
- Sri Maharaja, berkuasa dari tahun 775
- Rakai Panangkaran, raja dari tahun 778
- Samaragrawira, 782
- Samaratungga, 792
- Balaputradewa, berkuasa pada tahun 856
- Sri Udayaditya Warmadewa
- Sri Caudamani Warmandewa
- Sri Mara Vijayottunggawaran
- Sangrama Vijayottunggawaran
- Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Penguasa atau Raja di Kerajaan Sriwijaya disebu Maharaja atau Dapunta Hyang. Jabatan-jabatan lain dibawah raja seperti putra mahkota (Yuvaraja), putra mahkota 2 (Pratiyuvaraja) dan pewaris-pewaris selanjutnya disebut (Rajakumara). Informasi terkait dengan kehidupan politik dapat kita ketahui dari isi prasasti Telaga Batu. Disitu dijelaskan mengenai struktur jabatan dalam pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.
Selain berisi jabatan dalam struktur pemerintahan, diceritakan juga mengenai kutukan raja bagi yang menentangnya dan kehidupan sosial ekonomi berupa pekerjaan yang ada pada saat itu.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Sebuah kerajaan yang besar tentunya memiliki sejarah jaya dan runtuhnya yang tentu akan selalu diingat oleh masyarakat Indonesia. Sejarah masa kejayaan kerajaan Sriwijaya dimulai sekitar abad ke 9 hingga abad ke 10 di mana saat itu kerajaan ini berhasil menguasai jalur perdagangan maritim Asia Tenggara.
Tidak hanya perdagangan maritim saja, akan tetapi juga berbagai kerajaan di Asia Tenggara berhasil dikuasai oleh Sriwijaya. Kerajaan di Thailand, Kamboja, Filipina, Vietnam, hingga Sumatera dan Jawa berhasil dikuasai Sriwijaya.
Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya menjadi pengendali rute perdagangan lokal yang mana waktu itu seluruh kapal yang lewat akan dikenakan bea cukai. Mereka juga berhasil mengumpulkan kekayaan mereka dari gudang perdagangan serta melalui jasa pelabuhan.
Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya harus berakhir sekitar tahun 1007 dan 1023 Masehi. Bermula ketika Raja Rajendra Chola, seorang penguasa Kerajaan Cholamandala berhasil menyerang Sriwijaya dan berhasil merebut bandar-bandar kota Sriwijaya.
Terjadinya penyerangan ini karena kedua kerajaan ini saling bersaing pada bidang pelayaran serta perdagangan. Kerajaan Cholamandala bukan berniat untuk menjajah, akan tetapi ingin meruntuhkan armada kerajaan. Sehingga membuat kondisi ekonomi pada saat itu melemah serta berkurangnya pedagang.
Tidak hanya itu, kekuatan militer kerajaan juga melemah dan membuat prajurit Sriwijaya melepaskan diri dari kerajaan. Hingga, masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berakhir sekitar abad ke-13.
Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Berikut ini terdapat beberapa keruntuhan kerajaan sriwijaya, antara lain:
- Akibat serangan dari India, saat itu yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya adalah Sri Sundamani Warmadewa. serangan tersebut berhasil melemahkan Kerajaan Sriwijaya.
- Melemahnya Sriwijaya karena terjadi ekspedisi besar-besaran ke semenanjung Malaya yang diperintahkan oleh raja Kertanegara.
- Munculnya kerajaan islam baru, yaitu Samudra Pasai, yang membuat melemahnya Kerajaan Sriwijaya.
- Serangan pada tahun 1023 dan 1030, serangan tersebut berhasil menawan Raja Kerajaan Sriwijaya.
- Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477, yang mengakibatkan Kerajaan Sriwijaya takluk.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Sebagai kerajaan yang pernah jaya di Nusantara, tentunya peninggalan kerajaan Sriwijaya tersebar di seluruh daerah kekuasaan mereka. Salah satu jenis peninggalan kerajaan Sriwijaya yang masih ada hingga saat ini adalah berupa prasasti. Berikut ini merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya.
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berada di bagian Barat Pulau Bangka. Bahasa yang ditulis pada prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno serta menggunakan aksara Pallawa. Prasasti ini ditemukan sekitar tahun 1892 bulan Desember.
Orang yang berhasil menemukan prasasti ini adalah J.K. van der Meulen. Prasasti ini berisi tentang kutukan bagi siapa saja yang membantah perintah serta kekuasaan kerajaan akan terkena kutukan.
2. Prasasti Kedukan Bukit
Seseorang bernama Batenburg menemukan sebuah batu tulis yang berada di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir pada 29 November 1920 Masehi. Ukuran dari prasasti ini adalah sekitar 45 x 80 centimeter serta ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti ini berisi tentang seorang utusan kerajaan yang bernama Dapunta Hyang yang melakukan perjalanan suci atau sidhayarta dengan menggunakan perahu. Dengan diiringi 2000 pasukan, perjalanannya membuahkan hasil. Saat ini, prasasti Kedukan Bukit disimpan di Museum Nasional Indonesia.
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang. Isi dari prasasti ini adalah mengenai kutukan bagi mereka yang berbuat jahat di Sriwijaya. Keberadaan prasasti ini sama seperti prasasti Kedukan Bukit, yaitu disimpan di Museum Nasional Indonesia.
4. Prasasti Talang Tuwo
Residen Palembang, yaitu Louis Constant Westenenk menemukan prasasti pada 17 November 1920. Prasasti ini ditemukan di kaki Bukit Seguntang di sekitar tepian utara Sungai Musi. Isi dari prasasti ini berisi doa-doa dedikasi dan menunjukkan berkembangnya agama Buddha di Sriwijaya.
Aliran yang digunakan di Sriwijaya adalah aliran Mahayana yang dibuktikan dengan kata-kata dari Buddha Mahayana seperti bodhicitta, vajrasarira, dan lain-lain.
5. Prasasti Ligor
Prasasti yang ditemukan di Thailand Selatan ini memiliki dua sisi, yaitu sisi A dan sisi B. Pada sisi A menjelaskan tentang gagahnya raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut ditulis bahwa raja Sriwijaya merupakan raja dari segala raja dunia yang sudah mendirikan Trisamaya Caiya bagi Kajara.
Sedangkan untuk sisi B atau yang disebut prasasti ligor B berisi mengenai pemberian gelar Visnu Sesawarimadawimathana. Gelar tersebut diberikan kepada Sri Maharaja yang mana berasal dari keluarga Sailendravamasa.
6. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah merupakan prasasti yang berhasil ditemukan di desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Bahasa yang digunakan pada prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa serta tersusun atas 13 baris kalimat.
Isi dari prasasti ini berisi tentang kutukan terhadap orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya. Diperkirakan, prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi. Konon, prasasti ini ditemukan di sebuah pinggiran rawa desa.
7. Prasasti Karang Birahi
Kontrolir L.M. Berkhout menemukan prasasti Karang Birahi pada tahun 1904 di sekitar tepian Batang Merangin, Jambi. Isi dari prasasti Karang Birahi juga kurang lebih hampir sama dengan prasasti di poin sebelumnya, yaitu mengenai kutukan bagi mereka yang tidak tunduk terhadap Sriwijaya.
Penutup
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang pernah jaya pada masanya. Bahkan, kerajaan ini dikenal hingga ke mancanegara. Berbagai berita luar negeri, mulai dari Arab hingga Cina membicarakan kerajaan yang berada di Pulau Sumatera ini.
Selain itu, jayanya kerajaan ini dibuktikan dari peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berupa prasasti. Peninggalan tersebut berhasil ditemukan di berbagai tempat sekaligus menjadi bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya ada dan pernah menguasai Asia.