Terusan Suez (bahasa Arab: قناة السويس, Qanā al-Suways), di sebelah barat Semenanjung Sinai, merupakan terusan kapal sepanjang 163 km yang terletak di Mesir, menghubungkan Pelabuhan Said (Būr Sa'īd) di Laut Tengah dengan Suez (al-Suways) di Laut Merah. Terusan Suez diresmikan tahun 1869 dan dibangun atas prakarsa insinyur Prancis yang bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps.
Terusan ini mengizinkan transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika. Sebelum adanya kanal ini, beberapa transportasi dilakukan dengan cara mengosongkan kapal dan membawa barang-barangnya lewat darat antara Laut Tengah dan Laut Merah. Terusan ini terdiri dari dua bagian, utara dan selatan Danau Great Bitter, menghubungkan Laut Tengah ke Teluk Suez.
Dalam era Perang Dunia I Terusan Suez yang saat itu berada di bawah kekuasan Inggris, diserang oleh pasukan Jerman dan Turki Ottoman. Posisi Suez yang sangat strategis, yaitu menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah, menjadikan terusan ini objek rebutan antara pasukan Sekutu dan poros.
Saat Mesir dipimpin Presiden Gamal Abdul Nasir terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956 dinasionalisasi pihak Mesir. Hal ini memicu terjadinya krisis Suez karena Prancis tidak terima Suez dikuasai Mesir. Pada tanggal 29 Oktober 1956 terjadi serangan gabungan dari Israel, pasukan Inggris dan Prancis di Mesir. Melalui intervensi dari PBB, Amerika Serikat dan Uni Soviet konfrontasi tersebut dapat berakhir relatif cepat, dan kampanye perang pada 22 Desember 1956 kembali dievakuasi.
Dalam Perang Enam Hari mendorong Israel pada tanggal 9 Juni 1967 kembali menguasai Suez. Terusan Suez tetap tertutup untuk pengiriman dari Mesir dan menempatkan di perbatasan antara Mesir dan Israel. Israel mendirikan sebuah garis pertahanan, yaitu garis Bar-Lev dan mengusai Semenanjung Sinai. Dalam Perang Yom Kippur, pada tanggal 6 Oktober 1973 Suez berhasil dikuasai oleh pasukan Mesir.
Tetapi pada akhirnya Israel juga berhasil memukul mundur Mesir dalam serangan balasan pada 16 Oktober 1973, Israel menyeberangi Suez dengan membuat sebuah jembatan di atas kanal. Pada akhir perang Yom Kippur meski Mesir kalah secara militer tetapi menang secara diplomatik sehingga seluruh saluran Suez dan Semenanjung Sinai kembali di bawah kendali Mesir. Setelah sempat ditutup sementara akhirnya terusan Suez kemudian dibuka untuk umum lagi pada tahun 1975.
Pada masa lalu, kapal dagang dari Laut Tengah membutuhkan waktu lebih lama saat hendak berlayar ke Samudera Hindia. Kapal-kapal itu harus mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan terlebih dulu. Perancis di bawah komando Napolen Bonaparte akhirnya membuat inisiatif untuk membangun sebuah terusan atau kanal. Terusan yang rencananya menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah memang dapat mempercepat waktu tempuh yang menguntungkan bagi para pedagang. Adapun, terusan yang dibuat itu bernama Terusan Suez. Kini, Terusan Suez bisa digunakan oleh berbagai orang untuk melewati daerah itu dengan konsumsi waktu yang lebih cepat. Berusia lebih dari 100 tahun, inilah beberapa fakta terkait Terusan Suez, dilansir dari berbagai sumber :
1. Dari Mesir Kuno
Terusan Suez yang dikenal saat ini merupakan "karya" paling baru dari beberapa saluran air buatan manusia yang pernah berkelok melintasi Mesir. Firaun Mesir Senusret III bahkan telah membangun saluran awal yang menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil sekitar tahun 1850 SM.
Selain itu, ketika Mesir di bawah pemerintahan Dinasti Ptolomeus (305 SM-30 SM), sebuah kanal juga pernah dibuat untuk menghubungkan Danau Bitter ke Laut Tengah. Dibuat juga kanal yang menghubungkan Danau Timsah ke utara hingga mencapai Sungai Nil. Namun karena tak dirawat dengan baik dan dihancurkan oleh alasan pertimbangan militer.
2. Pertimbangan Napoleon
Pada abad ke-15, bangsa Eropa membayangkan sebuah jalur pelayaran yang memungkinkan kapal-kapal dagang berlayar dari Laut Tengah ke Samudera Hindia lewat Laut Merah. Sebab, hingga saat itu semua kapal dagang dari Laut Tengah harus mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan yang secara otomatis membuat durasi perjalanan menjadi lebih panjang.
Setelah menaklukkan Mesir pada 1798, Napoleon Bonaparte mengirim tim surveyor dan secara pribadi untuk menyelidiki Tanah Genting Suez, kemudian membangun kanal dari Laut Merah ke Laut Tengah. Perancis kemudian membuat studi lanjutan terkait pembangunan kanal ini dan pada 1854 Ferdinand de Lesseps, mantan konsul Perancis di Kairo, membuat kesepakatan dengan gubernur Ottoman di Mesir untuk membangun sebuah kanal.
3. Patung Liberty dibangun untuk Terusan Suez
Ketika Terusan Suez hampir selesai pada 1869, pematung Prancis Frédéric-Auguste Bartholdi mencoba meyakinkan Ferdinand de Lesseps dan Pemerintah Mesir untuk membiarkan dia membangun patung yang rencananya ditempakan di "pintu masuk" terusan itu. Terinspirasi oleh Colossus of Rhodes, Bartholdi membayangkan patung setinggi 27 meter sebagai seorang wanita yang menggunakan jubah petani ala Mesir dan memegang obor besar.
Fungsinya adalah sebagai mercusuar memandu kapal menuju ke kanal. Namun, karena terkendala suatu hal, proyek ini tidak pernah terwujud. Bartholdi terus merealisasikan idenya untuk patungnya. Pada 1886, ia akhirnya meluncurkan versi lengkap di New York Harbor. Secara resmi disebut "Liberty Enlightening the World," monumen itu sejak itu menjadi lebih dikenal sebagai Patung Liberty.
4. Inggris pernah menentang pembangunan
Perencanaan untuk Terusan Suez dimulai pada 1854 ketika Ferdinand de Lesseps, seorang diplomat Perancis dan arsitek, sedang berbicara tentang kesepakatan dengan raja muda Mesir untuk menciptakan Terusan Suez. Dengan proposal yang didukung dan didukung oleh Kaisar Perancis Napoleon III, politisi Inggris menganggapnya sebagai sebagai skema politik yang diciptakan melemahkan dominasi pelayaran global mereka.
Pada 1875, Inggris menjadi pemegang saham terbesar di Perusahaan Terusan Suez ketika membeli saham gubernur Ottoman yang baru di Mesir. Setahun kemudian, terusan ini menjalani beberapa perbaikan dan menjadikan satu pelayaran paling sibuk di dunia. Banyak kapal-kapal yang melewati jalur ini untuk mempercepat waktu tempuh.
5. Penciptanya mencoba membangun
Terusan Panama Setelah berhasil menyelesaikan Terusan Suez, Ferdinand de Lesseps mengembangkan gagasan membangun kanal lain di atas Tanah Genting Panama di Amerika Tengah. Didorong oleh keberhasilan sebelumnya, para investor dan pemerintah memberikan dukungan kepadanya untuk lebih maju. Ferdinand Lesseps merekrut arsitek dan insinyur Gustave Eiffel, pencipta Menara Eiffel.
Ferdinand de Lesseps telah berjanji bahwa membangun Terusan Panama akan lebih mudah dan lebih cepat daripada Suez. Proyek ini dimulai pada tahun 1881, dua belas tahun setelah Terusan Suez selesai, tetapi mengalami banyak kegagalan dan kemalangan di bawah manajemen Lesseps, termasuk penyakit menyebabkan kematian bagi banyak pekerja. Perusahaan Lesseps jatuh pada tahun 1889. Sementara dia dan Eiffel dituntut karena persekongkolan dan penipuan.
6. Kombinasi pekerja paksa dengan mesin
Membangun terusan ini membutuhkan tenaga kerja yang besar. Pemerintah menyediakan tenaga kerja dengan memaksa orang miskin untuk bekerja dengan upah minimal dengan ancaman kekerasan. Dimulai pada akhir 1861, puluhan ribu petani menggali bagian awal kanal dengan tangan dan peralatan seadanya. Perkembangan sangat lambat dan memakan banyak korban.
Dihadapkan dengan kekurangan pekerja yang kritis, Lesseps dan Perusahaan Saluran Terusan Suez mengubah strategi mereka dengan mulai menggunakan beberap kapal keruk bertenaga uap dan bertenaga batubara untuk menggali kanal. Teknologi baru memberi dorongan yang dibutuhkan proyek itu, dan perusahaan itu terus membuat kemajuan pesat selama dua tahun terakhir konstruksi.