ASAL USUL dan SEJARAH DESA KEBOCORAN, BANYUMAS

Sebuah desa di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bernama Kebocoran. Desa ini berada di arah barat laut Purwokerto, berjarak sekira 5,9 kilometer dari alun-alun Purwokerto. Ada 1.500 kepala keluarga yang bermukim di sini. Luas wilayahnya 162 hektare. Adapun total luas pemukiman sekira 25 hektar, sisanya merupakan persawahan. Mayoritas warganya bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh. Kok bisa desa ini dinamakan Kebocoran? Apakah rumah warganya selalu mengalami kebocoran? Abash Sebut Ada yang Bergerak di Perut Lucinta Luna, Dijawab: Darah Daging Kamu Gisel Curhat ke Gading Marten Soal Tak Balas Komentar Hingga Disebut Terlalu Asyik dengan Wijin Fairuz akan Laporkan Mantan Suami karena Sentilan Bau Ikan Asin, Begini Galih Ginanjar Menanggapi Saat Suami Nia Ramadhani Umur 18 Tahun, Bisnis Keluarga Bakrie Pernah Bangkrut Besar Setelah mengulik keterangan dari beberapa narasumber, siapa sangka asal-usul penamaan Desa Kebocoran itu menyimpan kisah berdarah.
Desa Kebocoran

Sebuah desa di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bernama Kebocoran. Desa ini berada di arah barat laut Purwokerto, berjarak sekira 5,9 kilometer dari alun-alun Purwokerto. Ada 1.500 kepala keluarga yang bermukim di sini. Luas wilayahnya 162 hektare. Adapun total luas pemukiman sekira 25 hektar, sisanya merupakan persawahan. Mayoritas warganya bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh. Kok bisa desa ini dinamakan Kebocoran? Apakah rumah warganya selalu mengalami kebocoran? Abash Sebut Ada yang Bergerak di Perut Lucinta Luna, Dijawab: Darah Daging Kamu Gisel Curhat ke Gading Marten Soal Tak Balas Komentar Hingga Disebut Terlalu Asyik dengan Wijin Fairuz akan Laporkan Mantan Suami karena Sentilan Bau Ikan Asin, Begini Galih Ginanjar Menanggapi Saat Suami Nia Ramadhani Umur 18 Tahun, Bisnis Keluarga Bakrie Pernah Bangkrut Besar Setelah mengulik keterangan dari beberapa narasumber, siapa sangka asal-usul penamaan Desa Kebocoran itu menyimpan kisah berdarah. 

Diketahui bahwa penamaan desa-desa di Kabupaten Banyumas tidak dapat dilepaskan dari cerita rakyat Babad Kamandaka. Babad Kamandaka adalah kisah jaman kerajaan yang menceritakan perjuangan Raden Banyak Catra, diyakini sebagai putra Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran. Sesepuh desa, Kasam (84), mengatakan, penamaan Kebocoran berkaitan pengembaraan Raden Banyak Catra di Pasir Luhur (sekarang Purwokerto Barat atau sekitar Karanglewas). 

Dikisahkan Raden Banyak Catra kala itu dipersiapkan menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Siliwangi menjadi raja. Sebagai syarat menjadi raja, Raden Banyak Catra harus menikah dan memiliki istri terlebih dahulu sebelum naik tahta. "Konon Raden Banyak Catra itu hanya ingin menikah dengan syarat calon istrinya itu harus seperti ibunya yang cantik dan baik. Mendengar syarat yang diajukan anaknya tersebut, Prabu Siliwangi justru tersinggung dan mengusir Banyak Catra keluar kerajaan karena dianggap seperti akan menikahi ibunya," ujar Sanraji kepada Tribunjateng.com, Jumat (28/6/2019). Akhirnya Raden Banyak Catra memilih mengembara mencari pendamping hidup. Dia menyamar sebagai rakyat jelata dan berganti nama menjadi Kamandaka. 

Banyak Catra atau Raden Kamandaka lalu pergi ke Pasir Luhur, sebuah Kadipaten yang dipimpin Adipati Kandhadhaha. Kedatangannya ke Pasirluhur ingin menemui Dewi Ciptarasa, putri cantik anak bungsu sang Adipati. Singkat cerita Kamandaka di angkat sebagai anak oleh Reksanata, seorang Patih di Pasir Luhur. Kamandaka mempunyai hasrat untuk melihat wajah Putri Dewi Ciptarasa. Keinginannya itu dapat terkabul ketika Adipati Kandhadhaha mengadakan hiburan dengan mengadakan penangkapan ikan di sungai secara beramai-ramai. Mereka dapat bertemu dan berlanjut menjadi jalinan cinta. 

Perbuatan Kamandaka dianggap telah mencoreng sang Adipati. Sebagai seorang rakyat jelata, dia berani bercengkrama dengan Putri Dewi Ciptarasa. Adipati Kandhadhaha lalu memerintahkan Patih Reksanata membunuh Kamandaka. Sebagai seorang ayah angkat, Patih Reksananta merasa bingung. Kamandaka dikekar-kejar oleh prajurit Kadipaten, hingga akhirnya dia terjun ke sungai dan bersembunyi dalam gua di sungai itu. Para prajurit mengira Kamandaka tewas tenggelam di sungai, padahal kala itu masih hidup. Selamat dari kejaran para prajurit kadipaten, Kamandaka lalu menyusuri Sungai Logawa, hingga sampai di rumah janda yang tidak mempunyai anak, Nyi Kartisara. Tinggal bersama dan diangkat anak oleh Nyi Kartisara, Kamandaka memiliki kegemaran memelihara ayam jantan untuk diadu. Ayam jago kesayangan Kamandaka yang terbaik dinamakan "Mercu". Kala itu ayahnya, Prabu Siliwangi di Pajajaran merasa gelisah akan keberadaan anaknya Banyak Catra atau Raden Kamandaka. Karena merasa khawatir, dia lalu memerintahkan putranya Raden Banyak Ngampar, yang sedang bertapa supaya mencari kakaknya, Raden Kamandaka. Banyak Ngampar pergi dengan memakai nama samaran Raden Silihwarni. 

Dia langsung menuju Kadipaten Pasirluhur untuk mengabdikan diri sekaligus mencari keberadaan kakaknya tersebut. Selang beberapa waktu, terdengar kabar Kamandaka masih hidup dan berada di suatu desa sebagai penyabung ayam. Mendengar kabar itu, Adipati Kandhadaha menjadi murka dan membuat sayembara untuk membunuh Kamandaka. Raden Silihwarni mengikuti sayembara tersebut, namun dia sama sekali tidak mengetahui Kamandaka itu adalah Raden Banyak Catra, kakak kandungnya sendiri. Silihwarni datang ke tempat sabung ayam dengan membawa ayam jago yang dikakinya sudah dipasangi Patrem (keris kecil) pada taji jagonya. Ketika akan berhadapan dengan Kamandaka, Silihwarni melemparkan jagonya ke arah Kamandaka. Lambung kiri Kamandaka luka tersabet keris yang berada di kaki jago. Setelah peristiwa pertarungan sabung ayam, Kamandaka dikejar-kejar prajurit Pasirluhur dibawah pimpinan Silihwarni. 

Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni hingga terjadilah perkelahian antara kedua bersaudara yang masing-masing tidak mengenal. Kamandaka lari ke arah timur menuju arah Purwokerto. Sampai suatu ketika dia jatuh dan terluka. Perjalanan terus dilakukan. Ketika sampai di sebuah sungai, Kamandaka membasuh lukanya, namun darah keluar dengan derasnya seperti sebuah air yang bocor. "Tempat Raden Kamandaka mengalami luka parah dengan kondisi darah mengalir derasnya, seakan seperti bocor, itu dinamai Kebocoran. 

Ya di sini ini," ungkapnya. Sambil mempertahankan diri dari kejaran Silihwarni, Kamandaka sampai di wilayah Desa Kedungbanteng. Disana terdapat batu sebesar rumah yang dikenal dengan nama Watu Sinom. Kamandaka naik ke atas batu dan menantang Silihwarni yang tidak lain adalah Raden Banyak Ngampar, adik kandung Kamandaka sendiri. Namun, tiba-tiba Kamandaka terkejut melihat Silihwarni mengeluarkan keris Kyai Mojang Pamungkas yang merupakan pusaka Kerajaan Pajajaran. 

Pada saat itulah baru terbongkar bahwa ternyata Raden Silihwarni adalah adik kandung Raden Kamandaka. Pada momen itulah Raden Silihwarni menceritakan maksud kedatangan ke Pasirluhur adalah atas perintah ayahanya mencari kakaknya yang akan dinobatkan menggantikan dan bertahta di kerajaan Padjajaran. Karena sudah terungkap mereka adalah kakak-beradik, maka dibuat skenario. Ki Reksajaya diperintahkan membunuh seekor anjing yang dikurung guna diambil hati dan darahnya untuk diserahkan sebagai bukti seolah-olah itu bukti kematian Kamandaka. Kemudian Raden Kamandaka (Banyak Catra) dan adiknya Raden Silihwarni (Banyak Ngampar) pulang ke kerajaan Padjajaran. 

Cerita Babad Kamandaka itu sudah sangat tersohor bagi kalangan masyarakat Banyumas. Bahwa asal-usul penamaan daerah-daerah di sekitaran Pasir Luhur (sekarang Purwokerto Barat) tidak dapat dilepaskan dari konteks cerita pengembaraan Raden Kamandaka mencari seorang istri.
Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment