[ LENGKAP ] KERAJAAN MATARAM KUNO : Sejarah, Raja, Kehidupan, Kejayaan, Keruntuhan dan Peninggalannya

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
Kerajaan-Mataram-Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.

Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.

Letak Kerajaan Mataram Kuno

peta-kerajaan-mataram-kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Raja dan Silsilah Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno

mpu sendok

Karena antara Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra bersaing maka secara bergantian mereka memerintah Mataram. Raja-raja yang memerintah Mataram tentu saja berasal dari kedua dinasti tersebut. Dalam prasasti Wanua Tengah III (908) M dan prasasti Mantyasih (907) M disebutkan nama dari raja-raja Mataram adalah sebagai berikut:

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya

Merupakan raja pertama Kerajaan Medang dalam periode Jawa Tengah yang berkuasa dari tahun 717 – 746 Masehi.  Nama Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya dikenal melalui prasasti Mantyasih dan prasasti Canggal. Para sejarawan menganggap Raja Sanjaya ini sebagai pendiri Wangsa Sanjaya, meskipun ada juga yang menolak keberadaan dinasti tersebut.

2. Rakai Panangkaran Dyah Sankhara

Sri Maharaja Rakai Panangkaran ini merupakan raja kedua Kerajaan Medang (periode Jawa Tengah) yang memerintah dari tahun 746 – 784 Masehi. Periode pemerintahan beliau menandai dimulainya kegairahan membangun berbagai macam candi dengan aliran Budha Mahayana. Candi ini terletak di dataran Prambanan yaitu Abhayagirivara, Tarabhavanam dan Manjusrigrha.

3. Rakai Panunggalan (Dharanindra)

Dharanindra kadang disingkat Indra merupakan seorang raja dari keturunan Wangsa Syailendra yang memerintah dari tahun 784 – 803 M. Nama beliau ini ditemukan dalam prasasti Kelurak dengan gelar Sri Sanggrama Dhananjaya. Raja ini berhasil memperluas wilayah kekuasaan  Wangsa Syailendra hingga sampai ke daratan Indocina (Semenanjung Malaya).

4. Rakai Warak Dyah Manara

Sri Maharaja Rakai Warak merupakan raja ke-4 dari Kerajaan Medang (periode Jawa Tengah) yang berkuasa dari tahun 803 – 827 M. Nama raja Rakai Warak ditemukan di dalam daftar raja-raja Kerajaan Medang yang tertulis dalam prasasti Mantyasih. Nama asli dari Rakai Warak adalah Samaragrawira yang merupakan ayah dari Balaputradewa yaitu raja Kerajaan Sriwijaya.

5. Dyah Gula

Nama raja Dyah Gula sebagai raja Kerajaan Mataram ditemukan dalam prasasti Wanua Tengah III (827-828 M). Prasasti ini ditemukan di sebuah ladang Dukuh Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Sekarang prasasti Wanua Tengah III  ini disimpan di Balai Arkeologi kota Yogyakarta.

6. Rakai Garung

Merupakan raja Kerajaan Mataram pengganti dari Rakai Warak yang berasal dari dinasti Wangsa Sanjaya. Beliau memerintah Mataram dari tahun 823 – 847 Masehi dan disebut dalam prasasti Wanua Tengah III yang ditemukan di Temanggung. Dalam prasasti ini tertulis kalau Rakai Garung ini memerintah kerajaan sebelum Rakai Pikatan dengan gelar Maharaja.

7. Rakai Pikatan Dyah Saladu

Menurut prasasti Argapura nama asli Rakai Pikatan adalah Mpu Manuku yang berkuasa dari tahun 847 – 855 M. Beliau ini juga dijuluki sebagai Rakai Mamrati karena berhasil membangun sebuah ibu kota baru di desa Mamrati. Istana baru tersebut bernama Mamratipura yaitu sebagai pengganti ibu kota lama yakni Mataram.

8. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala

Sri Maharaja Rakai Kayuwangi ini merupakan raja ke-7 dari Kerajaan Medang yang memerintah dari thaun 856 – 880 M. Beliau ini adalah putra bungsu dari Rakai Pikatan yang terlahir dari permaisuri Pramodawardhani. Nama asli Rakai Kayuwangi adalah Dyah Lokapala (menurut prasasti Wantil) dan Mpu Lokapala (menurut prasasti Argapura).

9. Dyah Taqwas

Raja Dyah Taqwas ini berkuasa di Mataram sekitar tahun 885 M yang mana berdasarkan pada tulisan prasasti Wanua Tengah III. Dalam prasasti yang ditemukan di daerah Temanggung Jawa Tengah ini tercantum daftar lengkap raja-raja yang pernah memerintah Mataram. Dari ke-12 raja tersebut salah satunya  adalah Raja Dyah Taqwas.

10. Rakai Panumwangan Dyah Dawendra

Dalam prasasti Wanua Tengah III yang ditemukan di daerah Temanggung Jawa Tengah nama Rakai Panumwangan tercatat sebagai raja Mataram juga. Prasasti ini memuat semua daftar dari nama 12 raja yang pernah berkuasa di Mataram. Rakai Panumwangan ini merupakan keturunan dari dinasti Syailendra yang memerintah Mataram dari tahun 885 – 887 M.

11. Rakai Gurunwangi Dyah Wadra

Masa pemerintahan Rakai Gurunwangi diceritakan dalam prasasti Munggu Antan dan Poh Dulur. Beliau berkuasa tahun 887 M namun tidak pernah terdaftar dalam prasasti Mantyasih. Pada masa akhir pemerintahan beliau terjadi perpecahan diantara lingkungan Kerajaan Medang.

12. Rakai Watuhumalang Dyah Jbang

Sri Maharaja Rakai Watuhumalang merupakan raja ke-8 Kerajaan Medang (periode Jawa Tengah) yang berkuasa dari tahun 894 – 898 M. Menurut prasasti Mantyasih Rakai Watuhumalang ini menggantikan Rakai Kayuwangi sebagai raja bawahan yang bergelar haji. Rakai Watuhumalang sendiri tidak pernah meninggalkan prasasti yang atas nama dirinya  sendiri.

13. Rakai Watukura Dyah Walitung

Merupakan raja Kerajaan Medang yang berkuasa dari tahun 899 -911 M dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Kerajaan yang dipimpin oleh Rakai Watukura ini dikenal juga dengan nama Kerajaan Galuh. Kehidupan kerajaan Mataram pada saat itu belum banyak yang bisa diungkapkan.

Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:

  1. Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
  2. Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
  3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
  4. Rakai Warak alias Samaragrawira
  5. Rakai Garung alias Samaratungga
  6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
  7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
  8. Rakai Watuhumalang
  9. Rakai Watukura Dyah Balitung
  10. Mpu Daksa
  11. Rakai Layang Dyah Tulodong
  12. Rakai Sumba Dyah Wawa
  13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
  14. Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
  15. Makuthawangsawardhana
  16. Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)


Kehidupan pada masa kerajaan mataram kuna

A.  DINASTI SANJAYA

1. Kehidupan Politik

Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang berjasa besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja-raja yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah

a. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.

b. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.

c. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah
  • Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
  • Guru Swadaya, Tuhan
  • Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
  • Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama

d. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat.

e. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.

f. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.

g. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.

h. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah  Tri Parama Arta

i. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.

j. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.

k. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun   809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana

l. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.

2.      Kehidupan Sosial

Kehidupa sosial masyarakat di kerajaan Mataram Kuno sudah teratur. Terlihat dari sikap gotong oyong mereka saat membuat candi bersama. Sikap toleran diantara masyarakat sangat baik. Terbukti dengan adanya dua aliran kepercayaan yang berbeda tetapi mereka tetap bisa bersosialisasi.

3.      Kehidupan Ekonomi

Perekonomian kerajaan Mataram Kuno saat itu bertumpu pada sektor pertanian karena letaknya yang cukup disebut sebagai pedalaman dan memiliki tanah yang subur. Berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur.

4.      Kehidupan Agama

Berdasarkan prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Siwa), dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno Wangsa Sanjaya memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

B.  DINASTI SYAILENDRA

1. Kehidupan Politik

Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:
1)       Bhanu ( 752- 775 M )
Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
2)       Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya 778.
3)       Indra ( 782 -812 M )
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
4)       Samaratungga ( 812 – 833 M )
Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir.
5)       Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya.
6)       Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan melatrikan diri ke Palembang.

2. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik.

3. Kehidupan Ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin. Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.

4. Kehidupan Agama

Sebagian besar raja-raja Dinasti Syailendra beragama Budha Mahayana. Hal ini menunjukkan bahwa agama Buddha telah masuk di Mataram. Dengan dibangunnya candi-candi Buddha untuk beribadah, maka dapat disimpulkan pula bahwa rakyatnya beragama Buddha Mahayana.

Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno


Di masa pemerintahan Raja Balitung (898-910 M) Kerajaan Mataram Kuno berada di puncak kejayaan.

Dibawah kepemimpinan Raja Balitung, kerajaan ini berhasil menaklukan daerah-daerah yang berada di sebelah timur.

Oleh sebab itu, daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno semakin luas yang meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang (Jawa Timur).

Penyebab lainnya kejayaan Kerajaan Mataram Kuno adalah sebagai berikut :
  • Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam bidang peperangan
  • Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di daerah Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna untuk mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lainnya datang ke pelabuhan itu.
  • Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
    • Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang memudahkan lalu lintas perdagangan.
    • Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran.
    • Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.


Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Runtuhnya kerajaan Mataram Kuno dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
  • Meletusnya gunung merapi yang menyemburkan lahar dan menimbun candi-candi yang telah dibangun kerajaan, sehingga otomatis candi-candi tersebut menjadi rusak.
  • Krisis politik di tahun 927-929 M.
  • Perpindahan lokasi kerajaan karena pertimbagan ekonomi. Kerajaan Mataram Kuno berpindah ke daerah Jawa Tengah yang kurang subur, jarang terdapat sungai besar, dan tidak ada pelabuhan yang strategis.

Mpu Sindok memiliki jabatan sebagai Rake I Hino saat Wawa menjadi raja di Mataram, kemudian pindah ke daerah Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana serta menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan.

Mpu Sindok yang membangun dinasti baru bernama Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di daerah Jawa Tengah.
Mpu Sendok memimpin dinasti ini sejak tahun 929 M- 948 M.

Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di daerah Jawa Timur diantaranya prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yang bernama Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti yang ada hingga kini. Terdapat empat prasasti dengan berbagai bentuk dan tulisan.
  • Prasasti Sojomerto (Abad ke-7), Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno dan ditemukan di desa Sojomerto, kabupaten Pekalongan. Isi dalam prasasti ini adalah penjelasan bahwa Syailendra merupakan penganut agama Budha.
  • Prasasti Canggal (732 M), Prasasti ini memiliki bentuk Candrasangkala. Ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal. Isi prasasti ini adalah peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.
  • Prasasti Kalasan (778 M), Prasasti Kalasan berbentuk tulisan yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pranagari (India Utara). Peninggalan yang berupa prasasti ini ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta. Isi dari prasasti ini ialah tentang kabar Raja Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara. Dimana bangunan suci ini akan dijadikan vihara bagi para pendeta Budha.
  • Prasasti Kelurak (782 M), Prasasti Kelurak ditemukan di desa Prambanan. Isinya menceritakan pembangunan arca Manjusri sebagai wujud sang Budha, Dewa Wisnu dan Sanggha. Selain itu prasasti ini juga menyebut Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya sebagai raja yang berkuasa saat itu. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta.
  • Prasasti Ratu Boko (856 M), Isi dari prasasti Ratu Boko menceritakan tentang kekalahan Balaputra Dea dalam perang melawan kakaknya yaitu Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan.
  • Prasasti Mantyasih (907 M), Prasasti ini ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah. Isi dari prasasti ini adalah silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Bality. Yaitu Raja Sanjaya,nRakai Panangkaran, Rakai Warak, Rakai Panunggalan, Rakai Garung, Rakai Watuhmalang, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi dan Rakai Watukara Dyah Balitung.

Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Selain prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan banyak candi yang tersebar di berbagai daerah.  Berikut datar candi peninggalan Mataram Kuno :
  • Candi Gatotkaca. Candi Gatotkaca berada di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Tepatnya di sebelah barat kompleks Candi Arjuna, tepi jalan menuju Candi Bima. Candi ini merupakan salah satu candi Hindu. Sedangkan untuk nama Gatotkaca sendiri diambil dari tokoh wayang yang ada di cerita Mahabarata.
  • Candi Arjuna. Candi Arjuna memiliki bentuk yang mirip dengan candi di kompleks Gedong Songo. Bangunan Candi ini berbentuk persegi dengan luas kurang lebih 4 m2.
  • Candi Bima. Candi Bima terletak di Desa Dieng Kulon, Kec. Batur, Kab, Banjarnergara, Jawa Tengah. Candi ini berada di wilayah percandian paling selatan. Bentuk candi ini sangat unik karena memiliki kemiripan arsitektur beberapa candi di India. Bagian atap hampir sama dengan shikara dan memiliki bentuk seperti mangkuk terbalik. Selain itu di bagian atap ini juga ditemukan relung dan relief kepala yang disebut kudu.
  • Candi Borobudur. Candi Borobudur merupakan peninggalan Mataram Kuno yang sudah terkenal di dunia. Bangunan Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah. Dan seperti yang kita tahu bahwa Candi Borobudur ini merupakan candi Budha terbesar.
  • Candi Mendut. Candi Mendut merupakan candi agama Budha yang dibangun sejaka Mataram Kuno dipimpin oleh Raja Idna dari dinasti Syailendra. Sama seperti Candi Borobudur, Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.
  • Candi Pawon. Candi Pawon terletak di Magelang, Jawa Tengah. Jika dilihat dari atas, Candi ini akan terlihat berada dalam satu garis lurus dengan Candi Borobudur dan Candi Mendut.
  • Candi Puntadewa. Candi Puntadewa terletak di kompleks candi Arjuna, Dieng. Bangunan Candi ini berukuran kecil namun tinggi.
  • Candi Semar. Candi Semar berada di hadapan candi Arjuna. Bentuknya segiempat membujur arah utara-selatan.


Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment