Pada jaman dahulu Desa Pasunggingan masih menjadi alas atau hutan rimba yang tidak ada seorangpun berani masuk ke wilayah tersebut sebab wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa lelembut yang sangat ganas dan menakutkan. Disitu seolah –olah tidak ada kehidupan di alam nyata. Pada masa itu disana sini sedang dijajah oleh Bangsa Belanda.
Namun diwilayah ini belum bisa dijamah oleh manusia satupun. Dalam penglihatan mata manusia, wilayah ini sangat gelap dan menyeramkan. Walaupun bangsa belanda terkenal pemberani, namun bangsa belanda sama sekali tidak berani mencoba menginjakan kaki diwilayah ini.
Setelah wilayah – wilayah lain telah dikuasai oleh bangsa belanda, belanda ingin mencoba masuk ke wilayah tersebut, namun selalu gagal karena bangsa lelembut sangat geram dan mengancam : ‘’ kalau ada bangsa manusia yang berani masuk ke wilayah kekuasaanku maka akan kami lenyapkan dari muka bumi dan menjadi pengikut pengikutku ‘’.
Telah banyak manusia yang mencoba memaksa masuk ke wilayah tersebut namun tak pernah ada yang bisa kembali satu orangpun, baik bangsa manusia lokal atau pribumi maupun bangsa penjajah pada saat itu. Masa ini berjalan sampai berpuluh-puluh tahun lamanya dan tidak ada seorangpun yang berhasil memasuki wilayah ini dengan selamat.
Pada saat itu, bangsa penjajah yang sangat gagah dan berani tidak ada yang bisa menguasai wilayah tersebut, sampai dibawakan peralatan-peralatan mutakhir yang digunakan untuk mendeteksi wilayah termasuk paranormal jawa tidak ada yang berhasil.
Setelah datangnya musafir dari wilayah padepokan yang memiliki kadigyaan dan karibawan tinggi masuk ke wilayah tersebut, bangsa lelembut merasa terusik.
Oleh karena itu, bangsa lelembut mulai berunding untuk melakukan pencegahan agar wilayahnya jangan sampai dikuasai oleh bangsa manusia. Berkali-kali bangsa lelembut mulai marah dan geram pada manusia yang pertama kali berani mencoba mengusik ketenangannya.
Dengan membawa beberapa rombongan manusia Mbah Subahir dapat membuka hutan wilayah ini untuk dijadikan sebuah kampung sebagai tempat tinggal bersama pengikut-pengikutnya yang datang berombongan.
Akhirnya, berdirilah sebuah kampung baru, namun belum dinamai karena masih harus menyisihkan bangsa lelembut yang tidak mudah dikalahkan.
Pendudukpun mulai dapat berkembang, namun ilmu agama dan kebatinanpun tidak ketinggalan. Mbah Subahir selalu mengajarkan ilmunya dengan tujuan agar manusia tidak mudah diganggu dan dikuasai oleh para lelembut yang selalu mengincar manusia untuk dijadikan pengikut dan budak para lelembut. Apabila manusia imannya lemah maka manusia itu sangat mudah untuk dipengaruhi bangsa lelembut.
Karena beberapa daerah dikuasai oleh bangsa penjajah, maka wilayah ini mulai diintai mata-mata penjajah Belanda untuk memperluas daerah jajahan dan meminta salah seorang pengikut Mbah Subahir yang sakti mandraguna untuk diajak kerjasama menaklukan wilayah ini, namun para pengikut Mbah Subahir tidak mudah dipengaruhi untuk bekerja sama dengan penjajah.
Pada saat itu memang Indonesia sedang berada digenggaman tangan-tangan belanda yang sudah cukup lama, seluruh wilayah Indonesia sudah berhasil dikuasai. Namun, cita-cita Mbah Subahir ingin Negara Indonesia merdeka dan lepas dari belenggu tangan penjajah.
Dengan menyebarluaskan ilmu agama dapat memperkuat kebatinan kepada Sang Pencipta. Bangsa lelembut juga tidak kalah menyusun kekuatan yang tujuannya untuk mengganggu kehidupan bangsa manusia dimuka bumi. Ketua bangsa lelembut menyusun strategi agar Mbah Subahir beserta pengikutnya dapat disingkirkan dari wilayah ini.
Bangsa Belandapun tidak mau kalah untuk menyusun strategi ingin menundukan Mbah Subahir beserta pengikutnya. Namun malah dimanfaatkan oleh Mbah Subahir itu sendiri. Bangsa lelembut dan dengan penjajah untuk bertarung terlebih dahulu di medan laga sebelum melawan Mbah Subahir.
Pertempuran yang terjadi antara bangsa lelembut dengan bangsa penjajah tidak bisa dielakan lagi, bangsa belanda banyak yang menjadi korban,begitu juga bangsa lelembut. Setelah belanda kalah, bangsa lelembutpun tinggal berhadapan dengan pasukan Mbah Subahir.
Akhirnya terjadi pertumpahan darah yang sangat dahsyat, bangsa lelembutpun membuat perjanjian dengan Mbah Subahir , Mbah Subahirpun menyetujui perjanjian tersebut. “ Aku menyetujui kekalahan ini, namun anak keturunan dan dari pengikutnya Mbah Subahir yang tidak mau membuat penghormatan pada hari kelahirannya maka akan aku jadikan pengikut-pengikutku ''.
Maksud dari penghormatan adalah pada malam kelahiranya dibuatkan bubur abang putih sebagai perlambangan yang dapat memenuhi unsur kekuatan.
Bangsa lelembutpun akhirnya memutuskan untuk menyebrang meninggalkan tanah jawa, namun masih tetap menggangu manusia. Mengingat pertempuran yang menelan banyak korban pertumpahan darah, maka Mbah Subahir member nama‘’PASUNGGINGAN“ yang mengandung arti dipapah, diusung, ana ing pengging, Hyang ana ing Khayangan. Pengging berarti pertumpahan darah.
Begitulah cerita Sejarah Desa Pasunggingan.
Baca Juga
- ASAL USUL DESA TEGALPINGEN, Pengadegan, Purbalingga
- ASAL USUL DESA TUMANGGAL, Pengadegan, Purbalingga
- ASAL USUL DESA TETEL, Pengadegan, Purbalingga
- ASAL USUL DESA LARANGAN, Pengadegan, Purbalingga
- ASAL USUL DESA PASUNGGINGAN, Pengadegan, Purbalingga
- ASAL USUL DESA KARANGJOHO, Pengadegan, Purbalingga