SEJARAH DUSUN PURWASARI atau PEKIRINGAN, Banjarnegara.

Dusun Purwasari atau Pekiringan merupakan sebuah wilayah Dusun yang ada di Desa Klampok, yang berada di sebelah paling barat. nama pekiringan berasal dari kata iringan yang menurut ceritannya berarti tepi yaitu tepi dari kota Pemerintahan Kadipaten Wirasaba ( jaman Kerajaan Mataram ), dan Purwasari menurut mitos berasal dari kata Purwa berarti Kayu dan Sari berarti kenikmatan.
suran di desa purwosari

Dusun Purwasari atau Pekiringan merupakan sebuah wilayah Dusun yang ada di Desa Klampok, yang berada di sebelah paling barat. nama pekiringan berasal dari kata iringan yang menurut ceritannya berarti tepi yaitu tepi dari kota Pemerintahan Kadipaten Wirasaba ( jaman Kerajaan Mataram ), dan Purwasari menurut mitos berasal dari kata Purwa berarti Kayu dan Sari berarti kenikmatan. 

Di Dusun Purwasari terdapat komplek makam yang sering disebut oleh masyarakat sekitar pangyoman, adapun antara makam dengan kata pangyoman itu sendiri tidak ada sejarah atau keterangan yang menyatakan hubungan antara kalimat pangyoman dengan makam, namun mereka sering menyebutnya bahwa makam tersebut merupakan makam tokoh budaya atau seniman yang asal usulnya masyarakat tidak tahu. 

Di dusun Purwasari juga terdapat makam Adipati Wirasaba yang bernama Warga Utama yang merupakan Adipati Wirasaba pertama penganut agama islam, dan menurut sejarahnya kenapa dimakamkan di wilayah ini ( Dusun Pekiringan atau Purwasari ).

Menurut sejarahnya beliau meninggal pada saat pulang dari ibu kota kerajaan mataram, setelah menghadap Raja Mataram, untuk mempersembahkan seorang gadis, menurut ceritanya, pada saat Adipati Warga Utama pulang dari pusat kerajaan, Sang Raja Murka, karena ada berita bahwa Adipati Warga Utama telah berdusta kepada sang Raja karena telah mempersembahkan seorang wanita yang sudah pernah menikah, sementara permintaan Raja adalah seorang gadis perawan, maka Sang Raja memerintahkan prajurit kerajaan untuk menyusuli Adipati Warga Utama dan membunuhnya.

Pada saat yang sama pula Sang Raja mendapat berita bahwa persembahan sang Adipati memang sudah pernah menikah akan tetapi masih suci ( belum pernah melakukan hubungan suami istri ) akhirnya sang Raja memerintahkan prajurit lagi untuk menyusuli prajurit sebelumnya untuk pulang dan membatalkan membunuh Adipati, akan tetapi disuatu tempat yang sekarang disebut bagelen ( di wilayah Kabupaten Purworejo ).

Prajurit kedua berhasil menyusul prajurit pertama dan melambaikan tangan untuk pulang ke Kerajaan, akan tetapi, prajurit pertama mengartikan lambaian tangan tersebut untuk segera membunuh Adipati Warga Utama, maka ditempat itulah Adipati Warga Utama dibunuh, setelah terbunuhnya Adipati Warga Utama, para pengikutnya membawa pulang jasad beliau, sementara jarak menuju Kadipaten Wirasaba masih jauh, setelah menempuh jarak yang cukup jauh, maka rombongan tersebut berhenti disuatu tempat untuk beristirahat dengan duduk ditanah beralaskan daun pepaya ( bahasa jawa=godong gandul ) sambil kakinya dijulurkan kedepan (bahasa jawa=nglekor ), maka sampai saat ini tempat tersebut dinamai gandulekor ( tempat diwilayah kec.mandiraja ).

Setelah beristirahat rombongan melanjutkan perjalanan dan sampai ditempat yang sekarang disebut pekiringan, sementara ke kota Kadipaten harus menyeberang sungai yaitu sungai serayu dan jasad Adipati harus segera dimakamkan, maka diputuskan Adipati Warga Utama dimakamkan di tempat tersebut yaitu Dusun Pekiringan. 

Untuk mengenang Adipati Warga Utama maka Jalan Desa diwilayah Dusun Pekiringan ( Purwasari ) dinamakan Jalan Warga Utama. 

Menurut cerita juga, di Dusun Purwasari terdapat makam Adipati Mrapat yang juga berasal dari Keturunan Adipati Warga Utama yang membagi Kadipaten Wirasaba menjadi 4 ( empat ) Kadipaten yaitu : 
  • Kadipaten Banyumas, 
  • Kadipaten Banjarnegara, 
  • Kadipaten Purbalingga dan 
  • Kadipaten Cilacap.

Hanya Manusia Biasa yang ingin berbagi ilmu. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Post a Comment